Sukses

Jelang dan Usai Haid, Pasutri Bisa Kebobolan Seks Menstruasi

Seks saat menstruasi dari segi agama memang dilarang. Dan dari segi medis, bisa berpeluang besar tertular penyakit kelamin yang sudah ada. Tanpa disadari, banyak orang yang melakukan bercinta saat 'menstruasi'.

Seks saat menstruasi dari segi agama memang dilarang. Dan dari segi medis, bisa berpeluang besar tertular penyakit kelamin yang sudah ada. Tanpa disadari, banyak orang yang melakukan bercinta saat 'menstruasi'.

Konselor Seks Dr Naek L Tobing memberi contoh, ketika pasangan melakukan hubungan intim menjelang menstruasi dan keluar bercak darah menstruasi hampir sama dengan seks saat menstruasi.

"Misalnya pasangan melakukan hubungan intim mendekati menstruasi. Biasanya, sudah mau menstruasi dorongan seksnya meningkat dan suami mau saja dan terjadi hubungan seks. Kalau dekat kayak begini, bisa langsung menstruasi karena merangsang mens keluar," ujar Dr Naek saat ditelepon Liputan6.com dan ditulis Selasa (21/5/2013).

Tak hanya menjelang, lanjut Dr Naek, saat akhir menstruasi, darah haid bisa saja keluar lagi meski sebenarnya menstruasi sudah selesai.

"Orang pikir mungkin sudah kering, tapi tahu-tahunya setelah hubungan seks keluar lagi," katanya menambahkan.

Ia menjelaskan, memang hasrat seksual beberapa wanita bisa meningkat menjelang dan usai menstruasi. Kondisi itu normal meski tak semua wanita merasakannya.

Jika pasangan yang bercinta kebobolan dan darah keluar, menurut pria kelahiran 14 Augusts 1940 itu, dari segi medis tak akan membuat pasangan nantinya melahirkan anak berpenyakit kusta. Tapi, seks saat menstruasi membuka peluang lebih besar bagi pasangan tertular penyakit menular seks atau infeksi menular seks.

Sebelumnya, pernyataan Ustaz 'Jamaah' Maulana tentang hubungan seks saat haid bisa melahirkan anak kusta dianggap tak berdasar. Perhimpunan Mandiri Kusta (Permata) di Makassar rencananya akan mengirimkan surat protes ke MUI, Komisi Penyiaran Indonesia, dan ke Komnas HAM mengenai hal ini.

Nafsu seks wanita

Para ilmuwan di UC Santa Barbara telah menunjukkan hubungan antara hormon pada wanita muda dan hasrat seksual. Penulis James Roney, seorang profesor di University of California, Santa Barbara, mengatakan, dua sinyal hormonal memiliki efek yang berlawanan pada dorongan seksual wanita.

Jika wanita merasa lincah dan berkeinginan besar untuk berhubungan seks, kemungkinan besar kadar estrogennya lebih tinggi dibanding progesteron dan mungkin kesuburannya sedang dalam puncak-puncaknya dalam siklus bulanannya.

Jika hasratnya sudah tak menggebu-gebu, mungkin dipengaruhi kadar progesteronnya yang sedang tinggi. Hormon ini bisa menurunkan hasrat seksual. Dan pada saat itu wanita kurang subur dalam siklusnya.

 (Mel/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini