Sukses

Penis Palsu Tak Bisa Selesaikan Kasus Muhyi

Kasus pemasagan 'penis palsu' (protese penis) bukan suatu yang baru. Beberapa pasien kanker penis biasanya diberi solusi demikian. Namun, untuk kasus 'penis buntung', jarang sekali dilakukan operasi pembuatan penis palsu.

Kasus pemasagan 'penis palsu' (protese penis) bukan suatu yang baru. Beberapa pasien kanker penis biasanya diberi solusi demikian. Namun, untuk kasus 'penis buntung', jarang sekali dilakukan operasi pembuatan penis palsu.

Kasus yang terbaru menimpa Abdul Muhyi (22) yang penisnya diduga dipotong waria di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Kelamin yang dipotong itu tak memungkinkan untuk disambung.

"Kalau kanker penis mesti dipotong. Biasanya nggak masalah karena sudah tua. Nggak ngurusin intercourse, yang penting masih bisa hidup. Kalau kepotong gini, kalau mau dibenerin bukan suatu yang murah dan jarang dilakukan," ujar Spesialis Bedah Urologi dr Johan R Wibowo SpBU saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (18/5/2013).

Menurut Johan, penis mempunyai dua fungsi, untuk saluran kencing dan untuk seks (intercourse). Pada pasien kanker penis jarang sekali yang pusing dengan intercourse jika kelaminnya harus dipotong.

Pada kasus 'penis buntung', jika harus dilakukan operasi mesti melalui beberapa tahap. Bedah urologi bakal bekerja sama dengan bedah plastik untuk segi estetikanya. Jika hanya perlu pembuatan saluran kencing, prosesnya dilakukan penyambungan supaya panjangnya cukup dengan mengambil kulit dan dibuatkan saluran untuk buang air kecil.

"Untuk saluran kencing bisa diakalin, untuk intercourse mesti bisa ereksi dan bisa lemes" ujar Johan.

Meski nantinya bisa dibuatkan penis palsu yang bisa ereksi, lanjut dr Johan, sebenarnya pusat rasa sensual yang penting ada di kepala penis. Dengan terpotongnya penis dan tak ada kepala penis, tak mungkin menciptakan fungsi yang sama meski masih bisa punya anak.

"Nggak mungkin menciptakan yang sama, menggantikan fungsi pusat sensual. Jadi susah mencapai kenikmatan," katanya.

(Mel/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini