Sukses

Sejak Usia 4 Bulan, Kasus Palsi Serebral Sudah Bisa Dideteksi

Bayi yang menderita palsi serebral sudah bisa dikenali sejak berusia 4-6 bulan. Jadi, tidak ada alasan bagi dokter atau orang tua yang tak tahu

Terlambatnya menangani bayi yang rusak otaknya atau mengalami Palsi Serebral (PS) kini bukan lagi jadi alasan orangtua dan dokter.

Karena sekarang siapa pun bisa melakukan deteksi dini PS pada bayi usia 4 dan 6 bulan lewat pemeriksaan neurologi, keterlambatan motorik, dan USG kepala.

Demikian disampaikan dokter spesialis anak Dr. dr. RA. Setyo Handryastuti. SpA (K) dalam sidang pengukuhan gelar doktor dengan judul disertasi "Deteksi Dini Palsi Serebral pada Bayi Risiko Tinggi: Peran Berbagai Variabel Klinis dan USG Kepala" yang berlangsung di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (24/4/2013).

"Ketika bayi berusia 4 bulan, seharusnya dia sudah menegakkan kepala dengan baik, tapi kalau kita ketemu anak 4 bulan atau 3 setengah bulan dan kita periksa, ternyata kepalanya masih jatuh-jatuh, kita harus hati-hati karena itu tanda-tanda dini dari palsi serebral," katanya.

Tanda fisik lainnya menurut Setyo bisa dilihat dari tangannya. Ketika bayi berusia 4 bulan, tangannya harus terbuka dan tidak mengepal.

"Tanda berikutnya, bisa dilihat ketika bayi berusia 6 bulan yang seharusnya sudah bisa menegakkan tubuhnya, atau ketika kita dudukkan, dia akan menahan badannya sehingga dia tidak jatuh ke depan. Jika dia belum bisa menopang tubuhnya sama sekali bahkan belum bisa tengkurap bolak-balik, berarti motoriknya terlambat. Itu juga tanda awal. Jangan menunggu sampai usia satu tahun, deteksi dini harus kita kenali sejak awal," jelasnya.

Setyo menyebutkan bahwa bayi yang berisiko tinggi terkena PS adalah bayi yang mengalami asfiksia (kekurangan oksigen ketika bayi lahir) sedang dan berat, meningitis, infeksi susunan saraf pusat pada bayi baru lahir, dan pendarahan intraktania (pendarahan dalam kepala).

"Pokoknya orang tua harus diberikan warning jika punya anak dengan faktor risiko tersebut. Harus dilakukan observasi yang cukup ketat, terutama pada usia bayi  6 bulan kehidupan," tegas Setyo.

Deteksi dini
Menurut Setyo, cara mendeteksi ini juga mudah yaitu dengan kontrol teratur, membawa ke dokter anak atau rumah sakit untuk deteksi apakah anak ini mengalami palsi serebral atau tidak.

"Kalau deteksinya sedini mungkin, kita bisa melakukan intervensi sehingga akhirnya hasil bisa lebih baik lagi, " ujar Setyo. 

Walaupun tidak dapat menyembuhkan 100 persen paling tidak, kondisi palsi serebral berat, komplikasi, dan keadaan-keadaan yang menyertai palsi serebral seperti kakunya sendi karena tidak pernah digerakkan, atau karena posisinya berbaring terus, dan pneumonia (radang paru) bisa dicegah. 

Palsi Serebral merupakan gangguan fungsi motorik dan postur, akibat perkembangan otak. Dari penelitian yang dilakukan oleh Setyo terhadap 150 bayi, angka kejadian PS mencapai 24-26 persen. 

Bayi yang paling rentan adalah bayi prematur dengan 50-60 persen dari seluruh bayi PS. Sebagian anak dengan PS juga mengalami masalah lain seperti retardasi mental (rendahnya kecerdasan), epilepsi, gangguan penglihatan dan pendengaran.

(Fit/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini