Sukses

Rahasia Pria 71 Tahun Sembuh dari Kanker Paru

Pria 71 tahun ini berhasil sembuh dari kanker paru yang dideritanya.

Tanuhendrata (71) tidak mendapati dirinya mengalami batuh berdarah atau rasa sakit di dada yang luar biasa. Ia hanya merasakan nyeri di tulang belakang seperti salah urat. Ketika tidur, dia selalu memperbaiki posisi tubuhnya karena selalu tidak nyaman.

Meski begitu, di tahun 2006, ketika dokter mendiagnosis bahwa ada kanker di paru-parunya, tak ada rasa kaget dan frustasi dari dalam dirinya. Hendra, begitu pria ini kerap disapa, sadar betul, apa yang dialaminya merupakan efek dari kebiasan lamanya, merokok.

"Saya menyadari kalau saya adalah seorang perokok berat. Kalau kena kanker, ya ini konsekuensinya. Saya bisa terima, namun istri saja tidak," tutur Hendra kepada Liputan6.com dan ditulis, Senin (22/4/2013)

Tidak hanya perokok berat, dulunya Hendra adalah seorang yang sangat tidak teratur dalam menjalani hidupnya. Makan tak teratur, tak suka olahraga, tidur pun tak pernah teratur.

"Dulu juga saya gampang stres. Saya memimpin sebuah pabrik, apa-apa dulunya naik semua. Kombinasi itulah yang membuat saya didiagnosis kanker paru-paru," tambahnya.

Bersyukurlah dirinya memiliki atasan yang peduli dengan anak buahnya. Pada saat ia mengatakan kepada atasannya kalau dirinya terkena kanker paru-paru, atasannyalah yang justru mencari dokter untuk dirinya hingga ke negara tetangga, Singapura.

"Waktu atasan mencarikan saya dokter, saya tenang-tenang saja sambil ngerokok," seloroh pria berbadan gemuk ini.

Semua proses penyembuhan ia jalankan, mulai dari CT-scan, biopsi, sampai petscan. Dokter yang memeriksakan kondisinya mengatakan, kalau jenis kanker yang ada di tubuhnya tidak dapat dioperasi.

"Dokter tidak berani membuang paru-paru saya. Takut kalau terjadi hal-hal yang tak diinginkan," katanya.
Setelah mendengarkan penjelasan dokter, Hendra akhirnya menjalankan 4 kali kemoterapi, yang dilakukannya per 3 minggu.

Pada saat dilakukan pengecekkan penyakit, termasuk pemeriksaan alergi, darah dan yang lain-lain, disimpulkan bahwa tubuh Hendra hanya mampu 4 kali kemoterapi.

"Kata dokter tubuh saya termasuk kuat. Paling cepat 4 kali. Kalau badan tidak kuat, kemoterapi bisa sampai 8 kali," tutur Hendra.

Tidak hanya kemoterapi, dari Senin sampai Kamis Hendra juga harus menjalani radiasi sebanyak 33 kali.
Saat proses pengobatan dan dinyatakan kanker paru-paru stadium 3, kemungkinan hidup hanya 13,5 persen. 
Sayang, dokter mengatakan masih belum ada obat yang dapat menyembuhkannya secara total.

Diobati dengan buah dan sayuran
Akhirnya Hendra memutuskan untuk ke toko buku dan mencari buku yang dikarang oleh beberapa dokter mengenai konsep pengobatan di luar operasi dan operasi. "Soalnya mau beli ensiklopedia kanker paru-paru itu mahal. Bisa sampai Rp 6 juta," ceritanya.

Tanpa konsultasi ke dokter, Hendra dengan percaya diri melakukan apa yang disarankan di dalam buku tersebut. Hendra mengonsumsi vitamin C, minum mineral, dan membuat jus sayur.

Dulu, ketika belum terdiagnosa kanker paru-paru, tak ada dalam kamus hidup Hendra untuk mengonsumsi makanan tersebut. Tapi, semenjak didiagnosa, semua itu mau tak mau harus ia konsumsi.

Tidak hanya itu, Hendra juga melakukan apa yang disarankan oleh orang lain termasuk teman-temannya.
"Saya juga minum jus tomat yang dimasak. Sebelumnya direbus dulu, untuk mengambil likopennya. Lalu, ada juga yang menyarankan untuk makan temulawak, kunyit, demi menjaga liver," kata suami pria kelahiran Bandung, 24 November 1942.

Demi sembuh, Hendra rela meninggalkan nasi putih, makanan bergula, makanan berterigu, dan menggantikannya dengan yang sehat-sehat. "Gula, susu, daging merah, daging ayam putih yang diternak secara modern, itu juga tak boleh," jelas Hendra.

Setelah melewati tahun demi tahun, akhirnya Hendra dinyatakan sembuh total dari kanker paru-paru.
Karena rasa kepercayaannya yang tinggi terhadap apa yang ia konsumsi, sampai sekaran Hendra masih rutin mengonsumsi itu semua. Namun yang harus digarisbawahi adalah bukan berarti ia tidak memakannya sama sekali.

"Pertama sih, tidak menguranginya secara drastis. Masih makan, tapi sedikit saja porsinya," kata bapak 2 orang anak ini.

Sang istri, Lilyana C, yang setia mendampinginya menuturkan kalau berat badannya sempat menyusut hingga 12 kilogram, ketika mendengar suami yang begitu ia cintai menderita penyakit yang paling ditakutkan itu.
Demi membantu kesembuhan sang suami, Lilyana mencoba membantu Hendra dengan cara mencari tahu sayur apa saja yang berefek positif untuk kanker paru-paru Hendra.

"Karena bapak hobi baca, saya juga ketularan untuk rajin baca. Saya cari tahu semua soal sayur-sayuran itu," terang wanita kelahiran Sukabumi itu.

Akhirnya, Lilyana mengetahui sayuran apa saja yang wajib dikonsumsi suaminya. Dan secara terus menerus, ia membuatkan untuk suami tercinta.

Menurut Lilyana, sayuran yang bersifat akali yang pada akhirnya membuat kanker tersebut tidak nyaman berada di dalam tubuh Hendra. Lily rutin merebus bayam merah, yang airnya diminum oleh Hendra. Dan ia rutin memberikan apel hijau, jeruk nipis dan jeruk bali.

"Apel hijau itu sifatnya alkali. Kalau merah sifatnya asam. Begitu juga dengan jeruk nipis dan jeruk bali, itu sifatnya alkali. Jeruk lain hanya asam," terang Lily.

Upayanya berhasil, tahun 2011, Hendra dinyatakan sembuh. Dia mengaku kalau kesembuhannya sekarang bukan semata karena obat. Ia dapat sembuh, karena ia menjaga pola hidup sehatnya, dan selalu mengonsumsi makanan yang bergizi.

(Adt/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini