Sukses

Riset UI Temukan Minuman Soda Aman untuk Kesehatan

Minuman ringan berkabonasi (CSD) alias bersoda dianggap bisa merugikan kesehatan karena bisa menimbulkan obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Namun, riset LPEM FEUI menemukan sebaliknya.

Minuman ringan berkabonasi (CSD) alias bersoda dianggap bisa merugikan kesehatan karena bisa menimbulkan obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Namun, kandungan kalori yang ada di dalam minuman soda di Indonesia masih dianggap rendah sehingga tak menimbulkan masalah kesehatan.

Hal ini berdasarkan hasil riset dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI). Hasil riset itu menemukan, tingkat konsumsi CSD di Indonesia masih rendah, yaitu 2.37 liter per kapita.

Hal ini dikemukakan ketua tim peneliti LPEM FE UI, Dr. Eugenia Mardanugraha dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin (22/4/2013).

Dr Eugenia mengatakan, seluruh bahan-bahan yang terkandung dalam minman bersoda itu sudah memenuhi peraturan persyaratan dan aman untuk dikonsumsi. "Proses produksi CSD oleh merek CSD internasional diawasi secara ketat dan telah memenuhi standar kualitas internasional dan standar halal," ujarnya.

Selain itu Eugenia menambahkan, CSD tidak mengakibatkan obesitas karena kandungan kalorinya hanya 42kcal per 100g. Sementara roti dan telur masing-masing mengandung 239kcal dan 155kcal per 100g nya.

CSD juga tidak menyebabkan gangguan pencernaan maupun efek samping yang beracun. Dr Eugenia menjelaskan, CSD hanya terdiri dari 24mg kafein per 250ml, lebih sedikit dibandingkan jumlah kafein yang terkandung dalam minuman kopi, yaitu 65-120mg kafein per 250ml. Kandungan air dalam CSD adalah sekitar 85% sampai dengan 99%.

"Oleh karena itu, anggapan selama ini yang mengatakan minuman ringan berkarbonasi berdampak negatif bagi kesehatan tidaklah benar," ujarnya.

Tergantung gaya hidup
Sementara itu, ahli gizi dan pakar teknologi pangan dari Insitut Pertanian Bogor Prof. Made Astawan menyebutkan, sebagai pemerhati masalah nutrisi, dia selalu percaya bahwa tidak ada makanan/minuman tunggal yang buruk, yang ada hanyalah pola makan dan gaya hidup yang buruk.

"Jangan buru-buru menyalahkan suatu jenis makanan atau minuman sebagai penyebab tunggal penyakit tubuh," jelasnya.

Menurut Profesor Made, pada dasarnya semua jenis makanan dan minuman boleh dinikmati selama dengan kombinasi yang seimbang, wajar, dan didukung dengan aktivitas fisik yang cukup. "Inilah inti dari penerapan gaya hidup yang aktif dan sehat," katanya.

Mengenai minuman bersoda, Made berpendapat bahwa minuman ini mendapatkan gelembung udaranya ketika karbon dioksida dimasukkan dalam ruangan atau wadah bertekanan tinggi. Gas akan terperangkap didalamnya dan baru terlepas ketika tutip botol dibuka.

"Itulah sebabnya mengapa minuman bersoda 'menjadi datar' jika dibiarkan dalam keadaan terbuka terlalu lama setelah tutupnya dibuka," papar Made.

Ia juga menjelaskan, sebagian besar karbonasi yang ditelan saat meneguk minuman bersoda tidak akan sampai ke lambung karena sebagian besar gas karbon dioksida pada minuman bersoda akan terlepas keluar ketika botol minuman itu dibuka.

"Sebagian besar gas karbon dioksida pada minuman bersoda akan terlepas keluar ketika botol minuman itu terbuka," ujarnya


(Mel/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.