Sukses

Sunat Kurangi Risiko Infeksi HIV

Sunat bisa mengubah ekosistem bakteri di penis. Ini mungkin bisa menjelaskan alasan prosedur memotong kulup itu bisa mengurangi risiko infeksi HIV.

Sunat bisa mengubah ekosistem bakteri di penis. Ini mungkin bisa menjelaskan alasan prosedur memotong kulup itu bisa mengurangi risiko infeksi HIV.

Setahun setelah pria dikhitan, total bakteri di area yang berada di bawah kulup turun secara signifikan. Demikian hasil penelitian dalam jurnal mBio.

Bakteri anaerob yang berkembang dengan terbatasnya oksigen menurun secara drastis. Dan beberapa bakteri aerob yang membutuhkan oksigen untuk hidupnya meningkat.

"Ini dramatis," ujar peneliti Lance Price, Ahli Epidemiologi Genetik di George Washington University di Washington DC seperti dikutip CBS, Rabu (17/4/2013).

Efek Sunat

Sunat di Amerika Serikat masih tergolong baru. Prosedur itu kontroversial karena beberapa ahli yang anti sunat beralasan kalau menghilangkan sedikit kulup bisa mengurangi sensitivitas seksual.

Penelitian pada orang dewasa yang disunat di kemudian hari ditemukan tak ada perbedaan, tapi kebanyakan pria yang disunat karena alasan medis.

Namun, sunat memberikan banyak manfaat buat kesehatan. Dalam American Academy of Pediatric menyimpulkan pada 2012 kalau manfaat sunat lebih besar dari risikonya. Organisasi menyarankan orangtua mendiskusikannya dengan dokter anak dalam membuat keputusan untuk disunat.

Di antara manfaat yang paling menarik dari sunat adalah kalau pria yang disunat kemungkinan tertular HIV (virus yang menyebabkan AIDS) sedikit. Pada penelitian 2005, ditemukan pria Afrika Selatan yang disunat dan bercinta dengan wanita positif HIV kemungkinan tertular lebih rendah 63 persen dibandingkan yang disunat. Sunat juga terbukti mengurangi risiko tertularnya HPV atau human papillomavirus, yang bisa menyebabkan kanker serviks jika pria menginfeksi pasangan prianya dengan virus itu, serta virus herpes simplex tipe 2, yang dikenal dengan herpes genital.

Pada penelitian sunat di pria dewasa di Uganda, Price dan rekannya menemukan kurangnya keanekaragaman hayati pada mikroba atau microbiome, yang hidup di penis.

Menurut Price, matinya bakteri menjadi hal yang baik karena beberapa spesies yang berkurang diketahui bisa menyebabkan peradangan.

"Dengan kata lain, jika kita menemukan sekelompok bakteri anaerob pada area yang meningkatkan risiko HIV, kami bisa menemukan cara alternatif untuk menurunkannya".(Mel)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini