Sukses

BBC Soroti RSJ di Indonesia yang Masih Memasung Pasiennya

Situs berita Inggris BBC menyoroti sebuah rumah sakit jiwa di Indonesia yang masih menggunakan cara-cara dengan merantai pasiennya. Rumah sakit itu berada di pinggiran kota Jakarta.

Pengobatan pasien di rumah sakit jiwa modern tak lagi menggunakan cara-cara kuno seperti merantai kaki pasien. Namun situs berita Inggris BBC menyoroti sebuah rumah sakit jiwa di Indonesia yang masih menggunakan cara-cara dengan merantai pasiennya.

Di Yayasan Galuh itu, pasien laki-laki dan wanita berbaring di atas kayu tanpa kasur yang dijadikan tempat tidur darurat. Tak sedikit pasien yang kakinya dirantai ke kaki tempat tidur yang ukurannya cukup kecil.

Seorang pria terlihat berada di pojokan dengan kaki yang terikat dengan tali besi di samping tempat tidurnya. Sementara pasien yang lain memainkan rantainya dan berbicara sendiri tanpa menyadari orang-orang di sekitarnya.

Menurut laporan BBC, seperti dikutip Senin (15/4/2013), Yayasan Galuh itu berada di pinggiran kota Jakarta. Memang tak mudah menemukannya karena tersembunyi di jalan sempit, di belakang gubuk dan kandang kuda.

Ketika Anda masuk, Anda seperti berjalan kembali ke zaman kegelapan yang jauh dari modernnya ibukota Indonesia. Orang-orang yang bekerja di Galuh menyatakan, 10 persen pasien yang ada di sana terpasing, dari 280 orang yang dirawat di Yayasan Galuh. Namun, cara itu demi kebaikannya sendiri.

Reporter BBC menceritakan, ia melihat di pojokan ada pemuda yang duduk dengan tenang, dengan ekspresi wajah yang tenang. Pria itu hanya mengenakan celana pendek tanpa mengatakan apa-apa dan tak melakukan apa-apa. Ia hanya duduk diam dan terbelenggu. Yayasan Galuh sudah merantainya selama dua pekan.

Bau Menyengat


Jaja Sudrajat, salah satu pekerja di Galuh mengatakan, pria itu dirantai untuk sementara waktu."Kami menggunakan rantai ini hanya untuk berhati-hati," katanya sambil menunjukkan padaku di sekitar yayasan.

"Kami tak menggunakan obat atau sesuatu seperti itu, jadi ketika ia tenang, kami akan membiarkan dia keluar. Dia pernah dirantai di rumahnya dan dia sudah ke rumah sakit jiwa tapi selalu melarikan diri. Sehingga keluarganya membawanya ke sini," katanya.

Namun, pekerja di Galuh bersikeras kalau di yayasan itu tak mempraktikkan membelenggu pasiennya, atau lebih dikenal dengan pasung. Praktik itu telah dilarang di Indonesia sejak 1979, dan pemerintah Indonesia meluncurkan kampanye menghilangkan cara itu pada 2011.

"Kami tidak mempraktikkan pasung," kata Sudrajat.

"Jika kita lakukan, maka orang-orang ini tak bisa bergerak sama sekali," jelas Sudrajat.

Menurut Sudrajat, setiap beberapa hari pasien yang ada di sana dibiarkan keluar dari rantai jika sudah tak berbahaya lagi, baik itu untuk diirnya maupun orang lain.

"Kemudian kami menempatkan mereka kembali ke rantai. Itu semua tergantug suasana hati mereka.

Aroma di Yayasan Galuh memang menusuk. Campuran urine dan tinja manusia menyumbang aroma yang tak sedap. Ketika makan siang disajikan, seorang pekerja menyemprot kotoran manusia dengan selang dan orang pasti terkena cipratan air yang kotor.

Di tengah kompleks, ada kandang raksasa dengan logam yang besar. Kandang itu terkunci. Di dalamnya ada sekitar 30-40 orang. Kebanyakan orang yang ada di sana di rantai dan tanpa pakaian. Ini sangat menyedihkan.

Meski caranya berbeda, tempat ini mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia. Galuh mendapat bantuan US$ 10 ribu setiap tahunnya dari Kementerian di Indonesia. Menurut pekerja di sana, uang itu masih kurang untuk membiayai seluruh penghuni di Yayasan Galuh.

Cukup Doa dan Herbal

Yayasan ini dimulai pada 1994 oleh pria bernama Gendu Mulatip, yang mempercayai kombinasi doa dan pengobatan herbal sebagai cara menyembuhkan orang.

Gendu meninggal pada 2011 dan sekarang anaknya Suhanda yang melanjutkan yayasan itu. Ia menjanjikan keberhasilan yang cukup memuaskan tanpa menyebutkan secara spesifik berapa orang yang berhasil disembuhkan.

"Ada banyak orang dengan berbagai penyakit di sini," kata Suhanda.

"Kami mengobati mereka dengan ramuan herbal yang terbuat dari daun dan kemudian kami mencampurna dengan air kelapa. Ini membuat mereka tenang".

Ia mengatakan, dokter biasanya menggunakan obat tidur dan di Yayasan Galuh juga menggunakannya, namun pengobatan tak tergantung dari obat-obatan.

"Kami telah melihat orang sembuh dari sini, dan kami senang dengan hasilnya. Tapi kita tak bisa mengatakan berapa tingkat keberhasilan di sini karena orang datang dan pergi".

Kritikan

Sistem pengobatan di Galuh telah dikritik dari komunitas dokter di Indonesia karena tak menggunakan metode yang modern dalam mengobati pasien.

BBC mewawancarai Kementerian Kesehatan untuk mencari tahu mengapa pemerintah memberikan dana untuk yayasan yang masih menggunakan cara pasung yang harusnya sudah dihilangkan.

"Ini bukan bantuan dari Kementerian Kesehatan, itu pekerjaan Kementerian Sosial," kata Direktur Kesehatan Kental, Kementerian Kesehatan, Diah Setia Utami.

"Tentu saja, kami sangat menyesali kondisi ini. Tahun 2014 merupakan batas waktu kami menghentikan pasung di Indonesia. Tapi, ketika saya berbicara soal yayasan ini, mereka berpikir pasung merupakan metode yang terbaik untuk pasien mereka," tambahnya.

"Dan keluarga masih saja mengirim keluarga mereka yang mengalami gangguan mental ke sana. Jadi itu merupakan masalah yang sangat sulit diperbaiki".(Mel/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini