Sukses

Amerika Serikat Siapkan Vaksin Hadapi Virus Flu H7N9

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat terus memantau temuan virus baru flu unggas dan sudah mulai menyiapkan vaksin apa bila diperlukan.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/ CDC) Amerika Serikat terus memantau temuan virus baru flu unggas dan sudah mulai menyiapkan vaksin apa bila diperlukan.
   
Sejauh ini, virus flu unggas yang dikenal dengan kode H7N9 hanya ditemukan di Cina dan tidak memperlihatkan tanda dapat menular antarmanusia.
   
Virus tersebut telah menyebabkan lima korban meninggal, dan badan kesehatan sedunia membahas apakah perlu dan kapan harus mulai memproduksi vaksinnya.

Infeksi yang terjadi di China menandai pertama kali manusia terjangkit oleh virus baru flu unggas itu, yang menyebabkan gangguan pada pernapasan.

Juru bicara CDC, Tom Skinner mengatakan badan tersebut memantau secara seksama dan bekerja bersama dengan mitra-mitra internasional maupun dalam negeri.
   
CDC mengulas informasi yang masuk mengenai virus itu dan mulai menyemai "bibit" virus, suatu rekayasa genetika dari virus tersebut yang dapat digunakan untuk memproduksi vaksin.

Mengingat badan tersebut menggunakan DNA tiruan pada tahap ini, Skinner mengatakan bibit virus akan tersedia dalam beberapa pekan ke depan.

Lalu beberapa pekan lagi untuk percobaan pada sejenis musang untuk menentukan apakah bibit itu dapat digunakan untuk membuat vaksin.

Jika jawabannya "ya", maka produksi akan memerlukan waktu beberapa bulan.

Secara keseluruhan, kata Skinner, produksi vaksin untuk melawan turunan baru virus tersebut jika diperlukan tidak akan selesai dalam lima-enam bulan.
   
Sebelum produksi secara utuh dijalankan, masih ada beberapa hal yang harus diketahui, khususnya apakah virus itu bisa menular antar-manusia.

"Sampai saat ini belum ada bukti ada yang seperti itu," kata Skinner seperti dikutip Reuters, Sabtu (6/4/2013).

Laboratorium CDC juga melakukan percobaan untuk melihat apakah virus itu rentan terhadap obat anti-virus yang sekarang dipakai untuk mengobati flu misalnya Tamiflu produksi Roche, ujarnya.

Skinner menekankan langkah CDC adalah persiapan rutin yang diambil manakala ditemukan suatu virus baru yang menimpa manusia.

Obat flu yang lazim dipakai di AS masih memakai cara produksi lama yang berumur 60 tahun, yaitu vaksin dibiakkan pada telur ayam yang disuburkan. Cara tersebut memerlukan waktu beberapa bulan untuk penyelesaiannya, tapi sekarang berubah.
   
Pada November, Novartis mendapat persetujuan penguasa AS untuk menjual sel dasar vaksin flu yang menggunakan proses pembuatan lebih dipercepat.

Pada Januari perusahaan swasta Ilmu Protein juga mendapat persetujuan untuk mengembangkan gen-dasar vaksin flu, yang menggunakan rekayasa genetika untuk menumbuhkan virus pada sel serangga, bukan telur.
   
Penghasil vaksin flu yang lain seperti Sanofi SA, AstraZeneca Plc dan GlaxoSmithKline. (Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini