Sukses

Ketidaktahuan Pasien Rawan Dimanfaatkan Tenaga Kesehatan

Guru Besar Luar Biasa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Makassar Prof. Dr. Andi Agustang, M.Si menyatakan pasien sangat rawan dimanfaatkan tenaga kesehatan.

Guru Besar Luar Biasa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Makassar dan Ketua KPS S3 Ilmu Sosiologi PPs-UNM Prof. Dr. Andi Agustang, M.Si menyatakan pasien sangat rawan dimanfaatkan tenaga kesehatan. 

"Tenaga kesehatan dan rumah sakit bisa terjebak berlaku nakal dengan memanfaatkan ketidaktahuan pasien, terperdaya jika orientasi profesi tenaga kesehatan hanya demi duit," katanya di Makassar seperti dikutip Antara, Rabu (3/4/2013).
    
Menurutnya, tanpa karakter yang baik, hukum medis bisa ditekuk, regulasi medis bisa dilipat. Praktik memberi obat yang tidak perlu lalu menyarankan memilih obat lebih mahal untuk mencitrakan tenaga kesehatan tanpa melihat profesinya.

Walau masih perlu dibuktikan informasinya kata Ketua Prodi S3 Sosiologi PPs-Universitas Negeri Makassar ini, bila ada pasien dibayarkan asuransi kesehatan komersial, tarif pelayanan medis bisa saja tiba-tiba menjadi tidak tentu.

"Tidak sedikit pasien dikecewakan dokter atau rumah sakit dan akhirnya merasa diabaikan, kenyataan demikian meleset dari bayangan tenaga kesehatan yang memiliki nilai kebaikan, bermartabat dan lebih berbudaya," ungkapnya.
    
Ia menyebutkan, banyak di antara tenaga kesehatan berpendidikan tinggi justru merusak citra pendidikan kesehatan itu sendiri.

"Seolah nilai dan sikap ditanamkan sejak kecil sampai pada jenjang pendidikan tertinggi lenyap begitu saja, " kata doktor sosiologi antropologi PPs Universitas Padjajaran Bandung ini.

Proses pendidikan tenaga kesehatan, lajut dia, dapat dipadukan dengan pendidikan karakter melalui metode pembelajaran berpusat pada mahasiswa, pemecahan masalah, terpadu berbasis masyarakat serta ekspose dan sistematis.

Tujuan pendidikan karakter tenaga kesehatan adalah membentuk tenaga kesehatan profesional dan menjalaninya sesuai kode etik. Banyak tenaga kesehatan melupakan jati diri dan kode etik profesi.

"Sehingga banyak kasus terjadi di masyarakat, bahkan terkesan karakter tenaga kesehatan dihasilkan menyimpang dari hakikat profesi tenaga kesehatan," sebutnya.

Untuk itu, yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah itu yakni dengan mengitegrasikan pendidikan karakter kedalam kurikulum pendidikan kesehatan.
    
"Model pendidikan tenaga kesehatan berbasis karakter harus senantiasa ditingkatkan, sebab model itu mampu menghasilkan tenaga kesehatan berkompoten dan berkarakter", tandas Ketua Dewan Editor Jurnal Sosiologi Dialektika Kontemporer PPs UNM itu. (Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini