Sukses

Belanja Kesehatan di Indonesia pada 2018 Capai Rp 588 Triliun

Pada tahun 2018, belanja kesehatan di Indonesia akan mencapai US$ 60.6 miliar atau sekitar Rp 588 triliun.

Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan ini mempengaruhi belanja kesehatan di Indonesia. Pada 2018, belanja kesehatan di Indonesia mencapai US$ 60,6 miliar atau sekitar Rp. 588 triliun.

Ini seperti yang diprediksikan Frost & Sullivan kalau belanja kesehatan di Asia Pasifik akan meningkat dua kali lipat dalam enam tahun ke depan. Dan tiga negara seperti Cina, Jepang, dan India, merupakan penyumbang terbesar

"Belanja kesehatan akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik. Hal ini akan berujung pada terjadinya reformasi sektor kesehatan di Asia Pasifik," ungkap Hannah Nawi, Associate Director, Healthcare Practice, Asia Pacific, Frost & Sullivan dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin (1/4/2013).

Hanna menjelaskan, semakin meningkatnya harapan hidup di Asia Pasifik juga akan berdampak pada naiknya permintaan terhadap perawatan kesehatan jangka panjang untuk para manula. Selama periode 2013–2018, hampir 2,3 miliar orang di Asia Pasifik akan memasuki usia kerja yaitu kelompok usia 15-64 tahun dan sebesar 11,3 persen di antaranya telah berusia di atas 65 tahun.

Sementara di Indonesia, rata-rata usia populasi yang berumur 28 tahun dan kelompok usia di atas 35 tahun  diproyeksikan akan tumbuh lebih cepat selama periode 2010-2014. Hal ini menandai lambatnya perubahan demografis dan pada akhirnya dapat menjadi beban institusi-institusi penyedia layanan kesehatan.

Frost & Sullivan menjelaskan, kini sejumlah pemerintah di negara-negara kawasan Asia Pasifik telah meningkatkan upaya untuk menambah jumlah rumah sakit swasta. Sedangkan di Indonesia, hampir 67 persen saham kepemilikan rumah sakit swasta dimiliki oleh investor asing. Pada 2012 di Indonesia terdapat sekitar 544 rumah sakit swasta dan jumlahnya diperkirakan akan bertambah menjadi 731 di tahun 2018.

Keberadaan sektor swasta itu semakin kokoh keberadaannya, terutama di kota-kota besar. Sebagian besar pembangunan dan transaksi properti rumah sakit swasta terjadi di Jakarta diikuti oleh kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Manado, Makassar, Tangerang, dan Bali, yang mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan investasi dalam pasar penyedia jasa layanan kesehatan di provinsi-provinsi utama di Indonesia.

Layanan Kesehatan ke Depan

Nitin Dixit, Senior Industry Analyst, Healthcare, Frost & Sullivan, mengatakan bahwa langkah selanjutnya yang harus diambil adalah mewujudkan visi pemanfaatan teknologi guna mendorong peningkatan layanan kesehatan, di mana target implementasi dari sistem informasi kesehatan di tingkat provinsi mencapai 100% dan 60% untuk daerah pedesaan/perkotaan di tahun 2014.

Pemanfaatan teknologi juga akan mendukung proses pemerataan layanan kesehatan di seluruh penjuru nusantara, karena saat ini sebagian besar spesialis layanan kesehatan hanya tersedia di kota-kota besar dan jarak yang harus ditempuh untuk menjangkau layanan tersebut cukup jauh.

"Sebagai gambaran, meningkatnya penggunaan sistem telemedika untuk konsultasi melalui video dan diagnosa jarak jauh, serta penggunaan internet sebagai sarana konsultasi kesehatan dengan dokter lokal tanpa harus datang langsung ke klinik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan," kata Nitin.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa proses untuk mewujudkan sektor kesehatan yang berdasar pada informasi (information-based) niscaya akan segera tercapai dan pada akhirnya akan mendorong proses modernisasi sektor kesehatan di Indonesia," tutup Nitin. (Mel/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.