Sukses

Ingat, Kunyah Permen Karet Tak Bikin Langsing!

Anda mungkin berpikir kalau mengunyah permen karet bisa membantu menurunkan berat badan dan melupakan makanan lain. Sayang, anggapan itu salah.

Anda mungkin berpikir kalau mengunyah permen karet bisa membantu menurunkan berat badan dan melupakan makanan lain. Sayang, anggapan itu salah. 

Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Eating Behaviors menunjukkan bahwa mengunyah permen karet justru memicu keinginan kita untuk mengunyah makanan lain seperti keripik, kue, dan permen. Bukan sayuran dan buah-buahan.

Ini terjadi karena pengaruh mentol, bahan kimia yang memberi cita rasa mint segar pada beberapa jenis permen karet berasa buah-buahan dan sayuran.

Perubahan kimia menjadi alasan mengapa "Ketika Anda menyikat gigi, kemudian minum jus jeruk, rasanya sangat tidak enak," kata rekan penulis dalam penelitian ini Christine Swoboda, kandidat doktor bidang nutrisi di Ohio State University, yang dikutip Live Science, Sabtu (23/3/2013).

Permen karet bisa menimbulkan pikiran tentang makanan dan merangsang keluarnya cairan pencernaan. Sehingga beberapa orang berhipotesis kalau permen karet bisa membuat lapar. Meski begitu, memang ada ilmuwan yang menyebutkan bahwa permen karet bisa membuat orang merasa kenyang dan makan sedikit.

Meski bertentangan, hanya sedikit penelitian yang membuktikan bahwa permen karet membantu menurunkan berat badan. Malah ditemukan hasil yang bertentangan.

"Karena itu kami tertarik menelitinya dan ingin tahu apakah permen karet memang benar-benar membantu dengan penurunan berat badan?" kata Swoboda.

Untuk mengetahuinya, Swoboda dan rekannya Jenifer Temple dari Universitas Buffalo meminta 44 relawan untuk melakukan permainan gaya mesin slot dalam pertukaran makanan. Beberapa peserta bermain dengan jeruk mandarin dan anggur, sisanya bermain dengan keripik kentang atau coklat M&Ms. Sebelum bermain, setengah dari peserta mengunyah permen karet rasa buah (Juicy Fruit) dan rasa mint (Wrigley's Spearmint).

Peserta yang mengunyah permen rasa mint secara signifikan lebih kecil kemungkinan melanjutkan permainan dibanding yang mengunyah rasa buah. Itu menunjukkan peserta mint kurang termotivasi ketika mengunyah permen karet. Sementara pengunyah permen buah tak terlalu terpengaruh secara statistik.

Dalam percobaan kedua, peneliti minta peserta untuk membuat jurnal atas apa saja yang dimakan. Setelah beberapa waktu, peserta diminta mengunyah permen karet mint teh hijau sebelum makan dan ngemil selama seminggu. Di lain waktu, mereka hanya diminta untuk mencatat saja makanannya.

Dari data itu ditemukan, bahwa saat mengunyah permen karet, peserta makan lebih sedikit. Tapi, itu bukan diterjemahkan lebih sedikit kalorinya. Sebaliknya, orang yang mendapat sedikit nutrisi dari makanan, mendapat kalori dalam jumlah yang sama.

Bisa jadi, mentol di dalam mint berinteraksi dengan nutrisi dalam buah-buahan dan sayuran untuk menciptakan rasa pahit sehingga orang berhenti mengonsumsi makanan sehat.

Orang-orang "makan sedikit buah-buahan dan sayuran karena di dalam kepala mereka berpikir 'Saya sudah mengunyah permen karet sebelum makan. Apakah saya ingin kudapan jeruk bali?" Kata Swoboda.

Padahal, kata Swoboda, mereka seperti mengatakan pada diri sendiri "saya sangat lapar dan ingin makan double cheeseburger dan rasanya akan sama."  (Zul/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.