Sukses

Rasio Dokter dan Penduduk Indonesia Paling Buruk se-ASEAN

Data WHO tahun 2012, jumlah dokter dengan penduduk Indonesia tidak sebanding sehingga bisa dikatakan hal ini paling buruk se-ASEAN

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) per tanggal 1 Januari 2014 masih dirasakan belum memiliki kepastian untuk sistem maupun kesiapan rumah sakit hingga saat ini. Bahkan menurut ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Dr. dr. Sutoto, M.kes, Indonesia masih butuh banyak lagi dokter agar pasiennya bisa tertangani dengan baik karena hingga saat ini jumlah dokter tidak sebanding dengan jumlah pasien.

Sutoto menyatakan bahwa dalam data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012, jumlah dokter dengan penduduk Indonesia tidak sebanding sehingga bisa dikatakan hal ini paling buruk se-ASEAN (Association of South East Asia Nations).

"Kita punya 3 dokter untuk 10.000 penduduk, sementara di Malaysia 9 dokter untuk 10.000 penduduk, ini data terbaru yang menunjukkan kalau kita masih kekurangan dokter," jelas Sutoto di Jakarta, yang ditulis Rabu (20/3/2013).

Hal ini dinilai Sutoto disebabkan oleh beberapa kasus yang semestinya bisa ditinjau secara keseluruhan baik secara tinjauan sistem maupun tinjauan sumber daya. Sutoto menyampaikan kalau di beberapa negara khususnya Malaysia, pemerintahnya begitu gigih untuk menyekolahkan rakyatnya untuk menjadi dokter.

"Karena biaya yang mahal, seringkali para pemuda yang berpotensi menjadi dokter terkendala biaya. Ini ironi. Sementara negara lain berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk belajar kedokteran dan menikmati fasilitasnya tapi fasilitas tidak bisa dipakai oleh anak bangsa,"ungkapnya.

Sutoto juga menyampaikan kalau saat ini masih ada dokter yang gajinya Rp 2,4 juta dan bekerja dari pagi sampai malam di salah satu rumah sakit di DKI Jakarta.

"Mereka bekerja sampai malam. Di rumah sakit tersebut, hanya ada 3 orang ahli kesehatan untuk melayani 300 pasien. Hal ini membuat dokter seringkali tidak memiliki waktu istirahat," ucapnya.

Maka dari itu, untuk meningkatkan fasilitas kesehatan masyarakat, Sutoto bicara mengenai survei kepuasan pasien yang saat ini wajib diberlakukan di rumah sakit.

"Untuk tahu ada something wrong dengan pelayanan kesehatan kita, kita butuh sebuah survei tapi sayangnya, seringkali pasien cenderung mengatakan atau mengisi hal yang baik-baik. Tapi tetap saja hal ini penting. Saat ini survei tersebut sudah berjalan hampir di seluruh rumah sakit dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan masyarakat,"tambahnya. (Fit/Mel)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini