Sukses

Jangan Beritahu Anak Jika Anda Dulu Pecandu Rokok atau Narkoba

Studi terbaru menyatakan kalau orangtua menceritakan penyesalannya karena kecanduan rokok dan narkoba pada anak, anak akan berperilaku yang sama.

Mungkin beberapa dari Anda pernah berpikir untuk menceritakan keburukan di masa lalu pada anak. Sebuah studi terbaru menyatakan kalau sedikit membahas penyesalan ketika Anda pernah kecanduan rokok atau narkoba di waktu lalu bisa mempengaruhi sikap Anak.

Seperti dilansir Foxnews, Rabu (27/2/2013), walaupun sekilas Anda berpikir kalau menceritakan keburukan Anda di masa lalu adalah cara yang baik, tapi anak-anak akan berpikir kalau penggunaan tembakau memiliki pandangan positif.

Menurut Michael Fendrich, di University of Wisconsin-Milwaukee, hal ini memberikan orangtua beberapa ide untuk mengetahui apa yang harus dikatakan.

"Penelitian ini tidak menunjukkan kalau kejujuran orangtua sebenarnya mengarah ke penggunaan narkoba dan alkohol di kalangan remaja, dan mengikat komunikasi tersebut untuk kecanduan atau penyalahgunaan obat dan alkohol," kata Fendrich.

"Berbicara tentang narkoba dengan anak-anak bisa menjadi sangat rumit. Anak-anak bisa menilai apa yang dikatakan orangtuanya," jelasnya.

"Anak-anak cukup cerdas, mereka bisa melihat gambar ayah dan ibu rukun atau sebaliknya dan anak juga bisa menilai bagaimana Anda berkomunikasi dengannya," ungkapnya.

Berpura-pura tidak mengenal rokok maupun narkoba memang terlihat licik. Tapi hal ini justru bisa membantu membentuk sikap anak untuk menghindarinya.

Sebuah penelitian yang pernah mensurvei 561 anak-anak yang menceritakan kalau orangtuanya pernah berbicara tentang narkoba atau rokok.

Sekitar 80% remaja yang orangtuanya merupakan pengguna rokok dan narkoba, memiliki kasus yang sama seperti orangtuanya dahulu.

Semakin sering orangtua berunding tentang penyesalannya, semakin banyak pula hal-hal buruk yang terjadi pada anak. Para peneliti berhipotesis kalau pesan-pesan tersebut dapat menjadi bumerang oleh anak-anak.

Penelitian ini disebut-sebut memiliki kekurangan karena tidak membuktikan hubungan antara penyebab sikap toleran terhadap narkoba, rokok dan alkohol.

"Studi ini tidak menilai kesehatan mental siswa sama sekali," jelas Fendrich.

Penelitian ini diterbitkan secara online pada 25 Januari dalam  jurnal Human Communication Research. (Fit/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.