Sukses

Angka Penurunan Gizi Buruk Balita Sulit Penuhi Target MDG's

Angka penurunan gizi buruk di Indonesia baru mencapai 14 persen. Tapi, dalam tahun terakhir penurunan itu sangat landai tak bisa cepat lagi sehingga dikhawatirkan target MDG's 2015 sebesar 15% tak tercapai.

Angka penurunan gizi buruk di Indonesia baru mencapai 14 persen. Tapi, dalam tahun terakhir penurunan itu sangat landai tak bisa cepat lagi sehingga dikhawatirkan target Millenium Development Goals (MDG's) 2015 sebesar 15% tak tercapai.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi melihat Hari Gizi Nasional mempunyai makna yang sangat luar biasa. Di Indonesia, kasus kurang gizi sudah menurun meski belum memuaskan. Namun, Nafsiah berharap para ahli bisa berpartisipasi dalam membahas cara menurunkan kurang gizi yang bisa berakibat gizi buruk.

Nafsiah mengatakan, angka penurunan gizi buruk di Indonesia sudah mencapai 14 persen. Tapi, dalam tahun terakhir penurunan itu sangat landai tak bisa cepat lagi.

"Gizi kurang ini termasuk salah satu MDG's yang kemungkinan tidak bisa dicapai," ujar Nafsiah dalam sambutan Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional tahun 2013 dengan tema 'Mewujudkan Gizi Seimbang untuk Mengatasi Masalah Gizi Ganda, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (25/2/2013).

Prevalensi kekurangan gizi pada balita harus dapat mencapai target MDGs sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Sedangkan pada 1989 angkanya 31 persen dan tahun 2007 sebesar 18,4 persen. Pemerintah harus menurunkan pervalensi gizi kurang pada tahun 2015 menjadi setengah dari keadaan tahun 1990.

Nafsiah mengibaratkan penurunan gizi buruk itu layaknya loncat tinggi. Untuk mencapai 1 kilometer pemerintah masih bisa melakukannya, tapi makin lama makin tinggi maka dibutuhkan tenaga ekstra.

"Tidak hanya kemampuan atau latihan supaya bisa loncat, tapi kita harus memakai sepatu khusus. Harus memakai tongkat yang khusus juga. Kita harus sudah bisa memperhitungkannya," tegasnya.

"Saat ini, kita sudah menurunkan gizi buruk sampai 14 persen. Akan tetapi, untuk menurunkan lebih dari itu, kita membutuhkan effort khusus. Harus out of the box. Tidak hanya bisa sekadar bisnis dan tidak boleh lagi berbau bisnis," ujarnya.

"Oleh karena itulah, maka saya memohon kehadiran para ahli di sini untuk membahas bagaimana menurunkan lagi gizi buruk untuk yang terakhir kalinya," pungkasnya.

Hari Gizi Nasional selalu diperingati setiap 25 Januari. Dan Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang mengalami kekurangan gizi. Anak-anak yang mengalami gizi kurang biasanya karena tidak mendapatkan asupan gizi yang sesuai usiannya.

Kurang gizi biasanya ditandai dengan badan yang kurus, karena berat badannya kurang untuk anak seusianya. Tubuh anak yang kurang gizi juga lebih pendek dibanding anak seusianya. Dan jika masalah kekurangan gizi ini tidak kunjung diatasi, anak itu akan mengalami masalah gizi buruk.

8 target MDG's yang harus dipenuhi pemerintah hingga 2015 adalah:

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Prevalensi kekurangan gizi pada balita harus dapat mencapai target MDGs sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Sedangkan pada 1989 angkanya 31 persen dan tahun 2007 sebesar 18,4 persen.

Pemerintah harus menurunkan pervalensi gizi kurang pada tahun 2015 menjadi setengah dari keadaan tahun 1990.

2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua

Di tahun 2015, warga harus sudah mendapat sektor pendidikan dasar dan melek huruf. Dilanjutkan dengan sekolah menengah pertama sebagai sasaran pendidikan dasar universal.

3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan

Meningkatkan kesetaraan gender di semua jenjang dan jenis pendidikan. Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,85.

Oleh sebab itu, Indonesia sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015.

4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Pemerintah harus bisa menurunkan angka kematian bayi menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sementara angka kematian bayi tahun 1991 sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2007 sudah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) menurun menjadi sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Tahun 1991 angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) masih sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di tahun 2007 sebesar  228 per 100.000 kelahiran hidup.

6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015.

Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun 2004 dan 2005. Angka kejadian malaria per 1.000 penduduk menurun dari 4,68 pada tahun 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009.

 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar yang layak pada 2015.

Proporsi rumah tangga dengan akses air minum layak meningkat dari 37,73 persen pada tahun 1993 menjadi 47,71 persen pada tahun 2009. Tahun 2015 target warga yang bisa akses air minum layak harus menjadi 65% ke atas.

8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.(Mel/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini