Sukses

Ibu HIV Boleh Beri Bayi ASI Saja atau Susu Formula Saja

Ibu yang positif HIV tetap wajib memberikan nutrisi yang baik untuk bayinya. Ibu HIV tetap bisa memberikan ASI saja atau susu formula saja tetapi keduanya tidak boleh diselang-seling atau dicampur.

Ibu yang positif HIV (Human Immunodeficiency Virus) tetap wajib memberikan nutrisi yang baik untuk bayinya. Ibu HIV tetap bisa memberikan ASI (Air Susu Ibu) atau susu formula tetapi keduanya tidak boleh diselang-seling atau dicampur.

Satuan Petugas (Satgas) HIV Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Dr. Nia Kurniati, SpA(K) mengatakan pilihan nutrisi yang baik untuk anak tersebut adalah Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif atau susu formula.

Tapi pada saat ingin memberikan nutrisi yang tercukupi untuk anaknya, si ibu dengan HIV dilarang mencampurkan antara susu formula dan ASI eksklusif. Tiak boleh sehari si ibu memberikan ASI lalu hari berikutnya tidak bisa karena berbagai alasan.

Dalam kasus ini ibu dengan HIV positif, diharapkan seorang ibu untuk konsisten memberikan nutrisi kepada anaknya, ASI saja atau susu formula saja.

"Pertama pakai ASI eksklusif dulu, lalu karena mau kerja minumnya susu formula. Jangan. Kami tidak menyarankan itu," kata Nia pada saat diskusi "HIV AIDS pada Anak dan Bayi Berat Lahir Rendah" di Kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2013).

Terlebih lagi jika seorang ibu ingin mengetahui anaknya tertular HIV atau tidak. Untuk mengetahuinya, ada baiknya untuk si ibu memberikan susu formula dari pada ASI Eksklusif. Karena, dengan memberikan susu formula akan cepat memeriksakan anaknya tersebut.

Namun, apabila si ibu tidak mampu memberikan susu formula kepada anaknya, maka ia wajib memberikan ASI eksklusif, dengan beberapa catatan. Karena perlu diketahui ada risiko penularan saat beri susu ASI jika payudara terluka.

"Seandainya si ibu tidak bisa memberikan yang terbaik, dalam konteks HIV tidak mampu memberikan susu formula, maka si bayi wajib diberikan ASI eksklusif. Nah, masalahnya adalah jika mereka mendapat ASI ini akan mengganggu diagnosis apakah si bayi itu mengidap HIV tertular apa tidak," kata Nia.

Mengapa demikian? Karena menurut Nia, seorang bayi yang diberikan susu formula akan cepat diperiksa dan diketahui dia tertular atau tidak. Dan kurun waktunya pun tidak lama, 2 bulan setelah melahirkan si anak dapat diperiksa.

Namun,  dengan memberikan ASI eksklusif kepada sang jabang bayi, waktunya tidak bisa secepat ketika si bayi mengonsumsi susu formula. Karena dalam kasus ini, si bayi harus mengikuti waktu yang semestinya, di mana ASI eksklusif wajib diberikan selama 6 bulan, baru setelah itu si bayi dicek risiko HIV nya.

Apa pun yang dipilih oleh ibu, itu merupakan hak pribadinya. Yang terpenting, tambah Nia, jangan sampai si ibu tidak mengetahui kalau anaknya tertular HIV. Dan itu akan berakibat fatal. Kalau lebih dulu diketahui, maka ke depannya banyak cara yang akan dilakukan demi si anak tumbuh dengan semestinya. (Adt/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.