Sukses

Tangisan Anak Pengaruhi Kesehatan Jantungnya 10 Tahun ke Depan

Risiko serangan jantung dan stroke yang dialami anak perempuan apakah benar diakibatkan oleh tangisan dan amukan ketika dirinya masih kecil. Studi menunjukkan masalah jantung juga dipengaruhi oleh masa kecil.

Risiko serangan jantung dan stroke yang dialami anak perempuan ternyata diakibatkan oleh tangisan dan amukan ketika dirinya masih kecil.

Sebuah studi sebelumnya menemukan kalau orang yang sering marah cenderung berisiko terkena serangan jantung atau stroke ketika mereka berusia 40 tahun ke atas. Menurut peneliti, efeknya paling signifikan dialami wanita.

Peneliti membandingkan anak-anak yang biasa tetap tenang dan fokus dengan anak-anak yang memiliki tingkat emosional tinggi.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr Allison Appleton dari Harvard Medical School ini meminta 377 orang dewasa untuk menjalani tes perilaku emosional seperti anak-anak.

Hasil ini kemudian dibandingkan dengan skor risiko penyakit jantung dan faktor pengendali lainnya yang diperhitungkan.

Bagi perempuan di usia 40 tahunan, peluang mereka terkena serangan jantung atau stroke dalam 10 tahun ke depan meningkat dari 3,2% menjadi 4,2% dibandingkan laki-laki hanya sekitar 7,3% hingga 8,5%.

Saat ini peneliti ingin memahami hal ini lebih lanjut dan mengetahui mekanisme biologis yang mendasari temuan.

"Kita tahu bahwa tekanan terus-menerus dapat menyebabkan disregulasi respons stres dan itu adalah sesuatu yang kita ingin melihat," kata Dr Appleton seperti dilansir Dailymail, Rabu (6/1/2013).

Temuan ini menambah daftar penelitian yang menemukan pengalaman negatif di awal kehidupan karena memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan.

Tahun lalu, para peneliti di Harvard mengungkapkan kalau kesulitan anak usia dini dapat memicu respons stres dalam tubuh anak-anak dan otak sehingga mengakibatkan risiko yang tinggi untuk masalah anak dalam belajar, berperilaku, dan kesehatannya.

Penelitian yang kontroversial, yang diterbitkan dalam Journal of Medicine menyebutkan kalau para ilmuwan dari Universitas Plymouth mengungkapkan orangtua yang memukul atau berteriak pada anak-anak mereka meningkatkan risiko anak terserang kanker, penyakit jantung dan asma. Mereka mengatakan tindakan ini memiliki implikasi kesehatan jangka panjang yang sama sebagai penyalahgunaan serius seperti stres dan trauma.

"Penelitian ini menambah perspektif baru pada meningkatnya bukti kalau penggunaan hukuman fisik dapat berkontribusi terhadap stres anak, dan ketika itu menjadi hukuman, stressor fisik memberikan kontribusi untuk hasil yang buruk baik bagi individu yang bersangkutan dan bagi masyarakat," kata pemimpin studi, Profesor Michael Hyland.

Penelitian terbaru ini dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology and Community Health. (Fit/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.