Sukses

Rumus BMI Dinilai Cacat, Profesor Matematika Buat Formula Baru

Formula untuk menghitung berat badan yang dikenal BMI dinilai cacat oleh profesor matematika di Oxford University. Rumusan Indeks Massa Tubuh itu malah membuat orang berpikir dirinya lebih gemuk.

Formula untuk menghitung berat badan yang dikenal dengan BMI (Body Mass Index) dinilai cacat oleh profesor matematika di Oxford University. Rumusan Indeks Massa Tubuh itu malah membuat orang berpikir dirinya lebih gemuk atau lebih kurus sehingga tidak akurat.

Indeks massa tubuh memang sudah ada sejak ilmuwan Belgia, Adolphe Quetelet, menemukannya pada 1830 dan merancangnya untuk memperkirakan berat badan yang sehat.

Namun kini, Nick Trefethen dari Institut Matematika di Oxford University, menciptakan perhitungan baru yang katanya lebih baik dalam menghubungkan antara tinggi dan berat badan.

"Kita hidup di dunia tiga dimensi, namun BMI didefinisikan sebagai berat badan dibagi dengan kuadrat tinggi badan," tulis Trefethen dalam sebuah surat kepada Economist, yang diterbitkan pada 5 Januari 2013 seperti dikutip Telegraph, Rabu (23/1/2013).

Menurut Trefethen, rumusan BMI saat ini tidak benar. BMI pada kisaran 18,5-24,9 dianggap normal, 25-29,9 kelebihan berat badan, dan 30 dan di atas 30 menunjukkan obesitas.

Ia mengusulkan formula baru untuk meluruskannya dengan rumus 1,3 X berat badan/tinggi badan pangkat 2,5 atau (1.3 x weight/height2.5).

Sementara rumusan BMI lama adalah berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2 (weight/height2). Namun rumusan itu membuat orang berbadan pendek tidak bahagia dan bisa menjadi kabar baik untuk orang tinggi.

Ilustrasi untuk perhitungan kedua BMI itu adalah contoh orang yang bertinggi 160 cm dengan berat 52 Kg.

Dengan rumus baru perhitungannya adalah tinggi badan (160 dihitung jadi 1,6) dengan rumus baru dipangkat 2,5 hasilnya sebesar 3,238. Kemudian Berat Badan 52 Kg dibagi 3,238 hasilnya 16,059 lalu dikali 1,3 hasilnya menjadi 20,876. BMI rumus baru hasilnya 20,876.

Sementara BMI lama perhitungannya adalah tinggi badan (160 dihitung jadi 1,6)  dipangkat 2 hasilnya 2,56, lalu berat badan 52 dibagi 2,56 hasilnya 20,312. BMI rumus lama hasilnya 20,312.

Dengan hasil itu tinggal dimasukkan dalam kategori BMI yaitu:
- Indeks massa tubuh kurang dari 19 masuk kategori kurus.
- Indeks massa tubuh 19-24,9 masuk kategori ideal.
- Indeks massa tubuh 25-29,9 masuk kategori kelebihan berat badan (gemuk).
- Indeks massa tubuh 30 atau lebih (<30) masuk kategori obesitas.

Dengan penghitungan BMI baru, orang pendek di bawah 152 sentimeter (cm) mungkin mendapat tambahan beberapa poin, sementara orang  tinggi bisa kehilangan satu atau dua poin.

Pendekatan itu lebih baik dari segi realitas. Karena skalanya lebih akurat seiring dengan pertumbuhan seseorang yang meninggi.

Menurutnya, rumusan BMI yang saat ini digunakan diciptakan ketika kalkulator belum ada sehingga rumusan harus sangat sederhana untuk bisa digunakan. Namun, konsekuensi dari definisi ini tidak berdasar.

Rumusan BMI yang membagi berat badan, jumlahnya menjadi terlalu besar untuk orang-orang pendek, dan nilainya terlalu kecil untuk orang tinggi. Jutaan orang pendek berpikir kalau dirinya lebih kurus dan jutaan orang lagi berpikir dirinya gemuk.

"Saya percaya pendekatan yang lebih baik untuk ukuran sebenarnya dan bentuk tubuh kita akan diberikan dari eksponen 2,5".

BMI memperkirakan berapa banyak lemak di dalam tubuh seseorang, tapi tidak mengukur persentase lemak tubuh yang sebenarnya. Namun itu sering digunakan dokter sebagai salah satu faktor yang menunjukkan apakah pasien perlu menurunkan berat badan.

"Saya menduga rumus revisi ini bisa mencerminkan lebih baik bagaimana berat orang dewasa yang sehat tergantung dari tingginya".(Mel/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.