Sukses

Tato dan Tindik yang Dijual Online Rentan Tularkan Hepatitis C

Tato dan tindikan tubuh ternyata bisa menyebarkan Hepatitis C. Apalagi jika itu dibeli melalui online. Di Australia, hepatitis C sudah menyerang 250 ribu warganyaa dan jumlah ini melebihi penderita HIV/AIDS.

Tato dan tindikan tubuh ternyata bisa menyebarkan Hepatitis C. Apalagi jika itu dibeli melalui online. Di Australia, hepatitis C sudah menyerang 250 ribu warganyaa dan jumlah ini melebihi penderita HIV/AIDS.

Sebuah laporan yang dirilis menyebutkan Hepatitis C sebagai pandemi diam dan memperingatkan dampaknya yang meningkat drastis. Hepatitis C adalah penyakit melalui darah, dengan sebagian besar kasus yang menyebar melalui berbagi jarum kotor untuk menyuntikkan obat-obatan terlarang.

Hepatitis Australia memperingatkan bahwa orang-orang yang membeli tato dan perlengkapan tindik secara online, tanpa disadari bisa menyebarkan virus.

Presiden Hepatitis Australia Stuart Loveday mengatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan, tetapi dengan laporan ini bisa mengetahui perilaku berisiko meningkat.

"Sangat banyak (penularan) ketika orang berbagi peralatan yang digunakan untuk menyuntikkan obat-obatan terlarang. Data ini cukup bagus, cukup kuat, tapi kita tidak mempunyai data orang-orang yang terkena Hepatitis C dengan cara lain," ujarnya seperti dikutip News.com.au, Jumat (18/1/2013).

"Kita tahu tato sangat populer, begitu juga tindik badan yang ikut populer dan secara online barang-barang itu dijual".

Tato kit dan body piercing banyak tersedia online seharga $ 100 atau kurang. Dalam iklannya, barang-barang itu 'untuk pemula'.

Menurut Loveday , hepatitis C 10 kali lebih menular dibandingkan HIV. Namun, tidak ada yang mengetahui apakah menderita penyakit itu.

"Pada hari-hari awal hampir tidak ada yang memiliki tanda-tanda atau gejala yang keluar. Tidak ada yang merasa sakit.

"Mereka (hepatitis C) tidak muncul dengan warna kuning".

Tanpa pengobatan, hepatitis C menyebabkan kerusakan hati, dan bisa menyebabkan kanker hati, gagal hati, dan akhirnya kematian.

Laporan Jack Wallace dari La Trobe University mengatakan  orang tidak mau mengakui memiliki infeksi, atau untuk dites atau diobati.

"Kebanyakan tahu kalau mereka memiliki virus, namun hanya 2 persen yang menerima pengobatan setiap tahun."(Mel/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini