Sukses

Iklan Susu Formula Mengurangi Kesadaran Ibu Beri ASI Eksklusif

Iklan susu formula memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan pemberian makan pada bayi dan anak, Iklan susu formula membuat ibu-ibu tak antusias memberikan ASI eksklusif.

Iklan susu formula memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan pemberian makan pada bayi dan anak.

Berdasarkan 3 penelitian di Nigeria (2010), Filipina (2011) dan Australia (2012) ditemukan bahwa iklan susu formula membuat ibu-ibu tak antusias memberikan ASI eksklusif.

Menurut AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui di Indonesia), hal ini cukup meresahkan karena bisa mengurangi tingkat kesadaran ibu untuk menyusui.

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif juga masih dirasakan rendah oleh AIMI.

"Menurut data SDKI ( Survei Demografi Kesehatan Indonesia) hanya ada kenaikan 42% ibu yang menyusui atau meningkat 10% dari tahun 2007 hingga saat ini. Mungkin karena Peraturan Pemerintah (PP) baru disahkan 6 bulan yang lalu, jadi menurut pantauan AIMI, kami belum melihat kenaikan yang signifikan," kata Mia Sutanto selaku ketua AIMI yang ditemui dalam jumpa pers terkait studi Daffodil, Rabu (16/1/2013).

Data World Breastfeeding Trends Initiative tahun 2012 juga menunjukkan kalau Indonesia menempati peringkat ke 37 untuk pemberian ASI eksklusif dari 40 negara yang mengumpulkan laporan.

Menurut Mia, ada beberapa pelanggaran yang tidak diperhatikan oleh produsen susu formula yang tidak sesuai dengan Undang-undang no 33 tahun 2012 tentang ASI ekslusif dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33 tahun 2012.

Seperti misalnya, masih banyaknya promosi harga murah yang dijual di Mall atau supermarket, billboad jalan raya, promosi goodie bag ke rumah sakit untuk ibu yang melahirkan, adanya event-event yang di promosikan oleh produsen susu formula, bahkan sosialisasi susu formula di media jejaring sosial.

Untuk saat ini belum ada aturan dalam promosi atau program CSR atau marketing melalui media. Padahal, melihat dari satu kasus di rumah sakit saja sudah jelas disebutkan pada PP No 33/2012 pasal 21 ayat 1 yang mengatakan bahwa  setiap Tenaga Kesehatan, penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, organisasi profesi di bidang kesehatan dan termasuk keluarganya dilarang menerima hadiah atau bantuan dari produsen atau distributor Susu Formula Bayi  atau produk bayi lainnya yang dapat  menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

"Pada kenyataannya masih banyak rumah sakit yang memberikan hadiah bagi ibu pasca melahirkan. Hal ini juga tertuang pada Pasal 21 ayat 2, dengan tidak memberikan logo atau produk susu jika memang pemberian susu formula ini betujuan untuk penelitian," jelas Mia.

"Hal seperti ini sudah jelas pelanggaran dan sanksinya. Namun, kami masih berharap akan ada aturan yang bisa mengatur masalah iklan dan promosi ini," tambah Mia.

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu :

1. Iklan susu formula memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan pemberian makan pada bayi dan anak

2. Ibu cenderung memberikan susu formula apabila mereka dapat mengingat pesan-pesan kunci yang disampaikan dalam iklan, dan ibu menyusui yang juga memberikan susu formula kepada anaknya 6,4 kali lebih besar kemungkinan untuk berhenti menyusui sebelum bayi berusia 12 bulan.

3. Konsumen tidak dapat membedakan antara iklan susu formula bayi dengan susu formula lanjutan. (Fit/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.