Sukses

Kasus Sensitif Perkosaan Sering Jadi Bahan Guyonan, Apa Sebabnya?

Candaan dan olokan bisa dilontarkan kapan saja dan di mana saja. Bahan untuk candaan juga beraneka ragam. Namun apa jadinya jika hal-hal yang berbau sensitif menjadi bahan candaan?

Candaan dan olokan bisa dilontarkan kapan saja dan di mana saja. Bahan untuk candaan juga beraneka ragam. Namun apa jadinya jika hal-hal yang berbau sensitif seperti perkosaan menjadi bahan candaan?

Menurut Psikolog Tika Bisono, terkadang orang menjadi tidak sensitif dalam melontarkan candaan karena isi di dalam kepalanya sudah kepenuhan. Misalnya saja dengan hakim yang melontarkan candaan masalah perkosaan. Bisa jadi si hakim itu sudah menganggap kasus perkosaan biasa saja.

"Hakim banyak ngadepin penjahat kasus perkosaan. Bisa jadi dia melihat perkosaan dengan cuek atau datar saja".

"Bisa saja, celetukan itu sebagai bentuk kekesalan dengan sistem masyarakat yang ada. Kok kasus perkosaan terus meningkat," ujar Tika saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (16/1/2013).

"Banyak orang yang sudah kepenuhan dengan hal-hal yang disimpannya. Kalau kebanyakan jadinya tidak sensitif lagi".

Jika candaan itu terlontar, lanjut Tika, semuanya tak akan tersorot apabila terjadi di dalam pergaulan terdekat. Namun, hal itu akan berbeda jika pejabat publik yang mengatakannya.

"Candaan yang sifatnya internal biasanya sering keluar. Cuma saja, kalau sudah keluar kita berpikir candaan internal itu bukan berarti merendahkan. Misalnya kita meledek teman 'IQ lu di bawah 90'karena saking odongnya. Tapi, apa itu dalam konteks menghina down syndrom?".

"Mungkin maksudnya tidak seperti itu. Kalau antara kita dan teman kan tidak dalam konteks apa-apa. Tapi, kalau ini kasus besar dan diucapakan pejabat publik, itu yang menjadi masalah".

Kasus terakhir yang muncul yakni candaan yang terucap dari calon hakim agung M Daming Sanusi saat mengikuti fit and proper test di Komisi III DPR. Ia berkomentar saat ditanya mengenai kasus pemerkosaan. Dengan santai ia menjawab 'Yang memperkosa dengan yang diperkosa ini sama-sama menikmati'.

Anehnya, jawaban Daming ini justru disambut gelak tawa seluruh anggota Dewan yang berada di ruangan sidang Komisi III itu.

Namun pada hari ini Daming Sanusi akhirnya meminta maaf atas pernyataan kontroversialnya mengenai pemerkosaan. Ketua Pengadilan Tinggi Palembang itu mengaku khilaf atas pernyataan itu.

"Saya minta maaf pada masyarakat karena kata-kata saya yang kemarin di luar kontrol," kata Daming di Gedung MA, Jakarta, Selasa (15/1/2013).

Daming mengakui, pernyataan itu terlontar karena dia tegang menghadapi fit and proper test di Komisi III DPR. "Kata-kata itu saya sadari merupakan sebuah kekhilafan," ujarnya sambil sedikit meneteskan air mata. (Mel/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini