Sukses

Kenapa Usai Operasi Usus Buntu si Bocah Raihan Jadi Lumpuh & Buta

Muhamad Raihan, bocah usia 10 tahun mengalami kelumpuhan dan kebutaan usai menjalani operasi usus. Kenapa operasi kecil seperti itu bisa sebabkan kelumpuhan dan kebutaan?

Muhamad Raihan, bocah usia 10 tahun kini hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur karena mengalami kelumpuhan dan kebutaan seusai menjalani operasi usus. Kenapa operasi kecil seperti itu bisa sebabkan kelumpuhan dan kebutaan?

Raihan yang murid kelas 5 sekolah dasar itu, sekarang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta. Orangtuanya memindahkan perawatan anaknya ke RSPAD yang semula menjalani operasi usus buntu di sebuah rumah sakit swasta di kawasan Permata Hijau Jakarta.

Karena kejadian ini, pihak keluarga dari bocah bernama Muhamad Raihan menduga adanya malpraktik yang dilakukan oleh tim dokter tempatnya operasi usus buntu dan berencana membawa kasus ini ke jalur hukum.

Kasus langka memang, apabila operasi usus buntu yang tergolong operasi kecil membuat seorang bocah mengalami kelumpuhan dan kebutaan.

Kronologi kasus Raihan adalah si bocah mengalami sakit lalu dibawa orangtuanya ke sebuah rumah sakit swasta di kawasan Permata Hijau Jakarta pada bulan September 2012. Karena mual mual dan sakit pada perutnya, Raihan diagnosis oleh dokter mengalami usus buntu akut dan harus menjalani operasi. Namun setelah operasi malah koma selama 30 hari. Hal inilah yang diduga keluarganya sebagai malpraktik.

Yang meminta untuk menjalani operasi adalah dokter ahli bedah di rumah sakit tersebut. Saat operasi menurut ibunya, Raihan sempat mengalami henti jantung selama 8 menit.

Kenapa operasi usus buntu bisa sebabkan komplikasi yang parah pada Raihan?

Menurut Konsultan Tumbuh Kembang Anak Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), Dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi Dokter SpAK, lumpuh dan kebutaan yang terjadi pada Raihan harus diketahui sebabnya. Dan semuanya itu tergantung sudah terinfeksi atau belum, jenis kuman, dan resitensi obat yang terjadi pada anak itu.

Saat dihubungi via telepon oleh tim liputan6.com, Dr Soedjatmiko mengatakan, banyak faktor sebenarnya yang menyebabkan efek dari operasi itu.

"Tergantung sudah terinfeksi atau belum. Jenis kumannya apa. Kumannya bisa kemana-mana. Sudah mengenai rongga usus atau belum. Ini namanya Septikemi. Atau kalau istilah kedokterannya sepsis," kata Dr. Soedjatmiko.

Untuk malpraktiknya sendiri lanjut Dr. Soedjatmiko, tidak gampang seseorang mengatakan bahwa apa yang terjadi itu adalah malpraktik atau kesalahan dari tim dokter rumah sakit tersebut.

Menurut Dr Soedjatmiko, untuk bisa mengatakan itu adalah malpraktik harus dikaji terlebih dahulu. Dan itu semua ada prosedurnya.

"Tidak bisa diklaim kalau itu malpraktik. Harus dikaji oleh 1 tim. Dan, tim tersebut harus mengerti tentang segala prosedurnya. Kalau di kedokteran ada yang namanya Majelis Kehormatan Etik Kedokteran. Tidak gampang. Semuanya harus dikaji sampai ke obat-obatannya. Harus dikumpulkan terlebih dulu semuanya," jelas Dr Soedjatmiko.

Supaya tidak terjadi komplikasi, Dr Soedjatmiko mengatakan tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah segera diobati. Sedini mungkin dilakukan pemeriksaan. Jangan menunggu parah terlebih dulu baru diobati.

"Kalau di kedokteran pencegahan itu paling utama. Sedini mungkin ditemukan, diobati, dengan pengobatan adekuat atau adekuasi. Untuk obatnya sendiri dosisnya harus tepat. Dan, minum obatnya harus teratur. Jangan sampai dosis obatnya sudah tepat, malah minum obatnya tidak teratur," tutup Dr Soedjatmiko. (ADT/IGW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini