Sukses

Jakarta Bukan Daerah Endemis Malaria

Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, untuk saat ini hanya Jakarta yang dinyatakan aman dan terbebas dari malaria. Tapi Jakarta selalu kerepotan dengan kasus Demam Berdarah (DBD).

Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, untuk saat ini hanya Jakarta yang dinyatakan aman dan terbebas dari malaria. Tapi Jakarta selalu kerepotan dengan kasus Demam Berdarah (DBD).

Pada manusia, malaria disebabkan oleh Plasmodium (P) falciparum, P. malariae, P. ovale, P. vivax dan P. knowlesi. P. falciparum adalah penyebab paling umum dari infeksi dan bertanggung jawab untuk sekitar 80 persen dari semua kasus malaria, dan juga bertanggung jawab untuk 90 persen dari kematian akibat malaria.

Jakarta saat ini dinilai aman dari malaria karena Jakarta bukan merupakan daerah endemi malaria karena tidak memiliki vektor itu.

"Kalau Jakarta memang bukan daerah endemis malaria. Vektornya enggak ada. Paling kasus-kasusnya itu dari luar. Kalau di Jakarta, kalau lagi musim hujan yang paling ditakuti adalah demam berdarah. Penularan yang terjadi di Jakarta biasanya di dapat dari luar," kata dr. Emiliana Tjitra, M. Sc., Ph. D, di acara Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Parasitologi Mikrobiologi (BIODEMIK) di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (18/12/2012).

Emiliana mengatakan saat ini jumlah orang yang terjangkit malaria sekitar 6 per mil dari semua populasi. Tiap daerah bervariasi, kalau dihitung secara keseluruhan sekitar 0.6 persen.

Mantan Kepala Puskesmas di Kabupaten Flores Timur yang baru saja dikukuhkan sebagai Profesor Riset wanita pertama di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan saat riset ia menemukan obat yang hanya dosis tunggal yang hanya cocok untuk orang dewasa bukan anak-anak.

"Jadi, pasien yang bergitu diketahui terkena malaria, diperiksa dengan alat yang sekarang canggih dengan dipstik positif langsung dikasih obat. Dikasih obat langsung yang obatnya itu kita yakinin diminum langsung dan tidak ada yang dibawa pulang. Jadi ini yang kita sebut direct observ treathmen dengan dosis seperti itu," katanya.

Dipstik digunakan sebagai komplemen pada keadaan darurat (di unit gawat darurat Rumah Sakit, dan pada KLB atau epidemi) di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium. Atau di daerah yang sulit dijangkau untuk mengetahui diagnosis secepatnya dan dapat memberi pengobatan yang tepat.

Obat ini dinilai ampuh dan sudah banyak yang mengonsumsinya seperti para anggota TNI. Memang untuk saat ini, obat itu hanya dapat dikonsumsi oleh orang dewasa karena sudah diteliti. Kalau untuk anak-anak sedang menunggu. (ADT/IGW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini