Kabar tentang bayi yang baru berumur 4 bulan dijadikan kelinci percobaan susu formula beredar melalui jejaring sosial twitter. Penelitian itu disebut dengan DaffodilStudy dan akan dilakukan oleh Tim Peneliti Departemen Kesehatan Anak di Kedokteran UI.
Menurut informasi yang beredar di sosial media, Daffodil Study didukung Laboratorium Prodia dan akan dilaksanakan di empat kecamatan di DKI Jakarta.
"Tujuan #DaffodilStudy adl utk mengetahui pengaruh formula yg ditambahkan bahan2 baru tertentu thd kesehatan pencernaan & pernafasan bayi," begitu isi pesan dari twitter dari AIMI ASI.
Kabarnya, Daffodil Study akan mengambil responden lebih dari 100 bayi usia kurang dari 4 bulan yang tidak menyusu atau minum ASI sama sekali. Bayi-bayi tersebut akan diberi sampel susu gratis selama periode penelitian dan diamati perkembangannya.
Nama-nama bayi tersebut mulai dikumpulkan oleh puskesmas setempat walau banyak pihak yang menyatakan tidak setuju dengan penelitian itu.
Banyak pemerhati ASI yang prihatin dengan rencana Daffodil Study itu. Alasannya, bayilah yang menjadi responden. Dan parahnya bayi yang diikutkan merupakan bayi sehat, tanpa indikasi medis untuk menggunakan formula
"... dan kemungkinan besar tidak mendapat konseling dan pendampingan menyusui. #DaffodilStudy"
"Bayi2 ini dilindungi haknya o/ hukum nasional&int'l utk mndpt ASI.Hrsnya ibu2nya mndpt bantuan konseling spy bs trs menyusui. #DaffodilStudy"
Pakar ASI yang juga dokter Spesialis Anak, Dr Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC, enggan mengomentari soal penelitiannya. Namun, jika mengenai ASI seharusnya bayi yang diberikan susu formula karena alasan tertentu.
"Sebenarnya, anak yang tidak minum ASI masih bisa dengan relaktasi. Bayi bisa dikasih sufor (susu formula) atas indikasi medis atau karena ibunya meninggal," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (14/12/2012).(MEL/IGW)
Menurut informasi yang beredar di sosial media, Daffodil Study didukung Laboratorium Prodia dan akan dilaksanakan di empat kecamatan di DKI Jakarta.
"Tujuan #DaffodilStudy adl utk mengetahui pengaruh formula yg ditambahkan bahan2 baru tertentu thd kesehatan pencernaan & pernafasan bayi," begitu isi pesan dari twitter dari AIMI ASI.
Kabarnya, Daffodil Study akan mengambil responden lebih dari 100 bayi usia kurang dari 4 bulan yang tidak menyusu atau minum ASI sama sekali. Bayi-bayi tersebut akan diberi sampel susu gratis selama periode penelitian dan diamati perkembangannya.
Nama-nama bayi tersebut mulai dikumpulkan oleh puskesmas setempat walau banyak pihak yang menyatakan tidak setuju dengan penelitian itu.
Banyak pemerhati ASI yang prihatin dengan rencana Daffodil Study itu. Alasannya, bayilah yang menjadi responden. Dan parahnya bayi yang diikutkan merupakan bayi sehat, tanpa indikasi medis untuk menggunakan formula
"... dan kemungkinan besar tidak mendapat konseling dan pendampingan menyusui. #DaffodilStudy"
"Bayi2 ini dilindungi haknya o/ hukum nasional&int'l utk mndpt ASI.Hrsnya ibu2nya mndpt bantuan konseling spy bs trs menyusui. #DaffodilStudy"
Pakar ASI yang juga dokter Spesialis Anak, Dr Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC, enggan mengomentari soal penelitiannya. Namun, jika mengenai ASI seharusnya bayi yang diberikan susu formula karena alasan tertentu.
"Sebenarnya, anak yang tidak minum ASI masih bisa dengan relaktasi. Bayi bisa dikasih sufor (susu formula) atas indikasi medis atau karena ibunya meninggal," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (14/12/2012).(MEL/IGW)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.