Sukses

Bicara Jadi Obat Paling Manjur untuk Penderita Depresi

Depresi juga terkadang dapat mempengaruhi fungsi biologis seperti makan, tidur, dan aktivitas di atas ranjang ikut terpengaruh. Terapi bicara ternyata dapat menjadi pengobatan depresi.

Depresi pada seseorang terkadang memicu orang tersebut untuk melakukan hal-hal yang di luar nalar manusia. Tak sedikit orang yang mengalami depresi sering merasa kehilangan harapan dan terus menerus menyalahkan diri sendiri. Memiliki perasaan putus asa sampai menghalangi diri sendiri untuk bersosialisasi dengan dunia luar. Depresi juga terkadang dapat mempengaruhi fungsi biologis seperti makan, tidur, dan aktivitas di atas ranjang ikut terpengaruh.

Sebenarnya, depresi dapat disembuhkan melalui konsumsi obat-obatan. Namun, selalu ada rasa takut yang berlebih kalau depresi dapat kambuh suatu waktu.

Apabila sudah mengonsumsi obat-obatan pasien tersebut tak kunjung sembuh dari depresinya, mungkin bisa dicoba alternatif pengobatan lain. Misalnya, terapi bicara.

Seperti dilansir Myhealthnewsdaily, Senin (10/12/12) suatu penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa terapi bicara dapat menjadi pengobatan tambahan untuk membantuk seseorang yang menderita depresi namun tak dapat disembuhkan dengan hanya mengonsumsi obat-obatan.

Penelitian menemukan bahwa seseorang dengan depresi yang tidak membaik meskipun sudah mengonsumsi antidepresan tiga kali lebih mungkin mengalami penurunan gejala depresi jika terapi bicara ditambahkan pada rejimen pengobatannya dibanding dengan pasein yang hanya bertahan dengan antidepresan saja.

Peneliti tersebut pun mengatakan bahwa studi ini adalah salah satu percobaan pertama kali yang cukup besar untuk menguji efektivitas terapi bicara yang diberikan bersamaan dengan antidepresan.

Lebih lanjut ia mengatakan kalau dua pertiga dari orang yang mengalami depresi tidak dapat merespons sepenuhnya terhadap pengobatan antidepresan dan temuan ini menunjukkan cara lain untuk membantu kelompok ini.

"Sampai saat ini, ada sedikit bukti untuk membantu para dokter memilih pengobatan terbaik untuk langkah selanjutnya untuk pasien yang gejala depresinya tidak merepon pengobatan standarnya," kata Nicola Wiles, seorang peneliti dari Centre fot Mental Health, Addiction and Suicide Research, University of Bristol, Inggris.

Penelitian ini telah dilakukan selama satu tahun yang melibatkan sekitar 470 orang dengan depresi yang tidak dapat ditangani dengan antidepresan setelah enam minggu pengobatan. Setelah enam bulan, sekitar 46 persen dari pasien dalam kelompok terapi bicara ini mengalami setidaknya penurunan 50 persen dalam gejala depresinya. Lalu sebaliknya 22 persen orang dalam kelompok antidepresan meningkat dengan jumlah yang sama. Dalam waktu 1 tahun, kedua kelompok mengalami peningkatan yang sama.

"Sayangnya terapi bicara ini lebih sulit diakses daripada obat-obatan. Bahkan mungkin pasien tidak mampu membiayai terapi ini kecuali ditanggung oleh asuransi kesehatannya. Tak heran jika dalam setahun terakhir, tercatat hanya 25 persen pasien depresi asal Amerika yang menerima terapi bicara ini," kata peneliti tersebut melanjutkan.   (ADT/IGW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.