Sukses

Karyawan Menangis di Kantor Wajar Nggak?

Gara-gara pekerjaan di kantor, seorang karyawan wanita bisa saja menangis akibat kesalahannya. Dan sebuah penelitian menunjukkan, 41 persen wanita menangis di tempat kerjanya.

Gara-gara pekerjaan di kantor, seorang karyawan wanita bisa saja menangis akibat kesalahannya. Dan sebuah penelitian menunjukkan, 41 persen wanita menangis di tempat kerjanya.

Seperti dikutip dari TimesofIndia, Senin (26/11/2012), temuan ini menunjukkan, air mata di tempat kerja perlahan-lahan menjadi umum terjadi. Pada masa lalu, kehidupan di dunia kerja dan rumah jelas batasnya. Selama bekerja di kantor, seseorang dituntut rasional dan terorganisir. Sisi emosional bermain hanya ketika berada di rumah.

Namun kini, perbedaan waktu di kantor dan rumah menjadi tidak jelas. Bisa jadi hal itu akibat kerja berjam-jam dan konstan dalam menjalin hubungan dengan rekan-rekannya melalui (e-mail, SMS, sosial media).

Kehidupan profesional bercampur dengan kehidupan pribadi. Orang sering ditemukan menjadi emosional soal pekerjaannya begitu juga dirumah dan sebaliknya.

Penelitian menemukan wanita mungkin melakukan kesalahan dan menangis di tempat kerjaannya. Tapi Anda tidak bisa melihatnya. Anne Kreamer, penulis penelitian Its always personal: Emotion in the New Workplace menemukan  41% dari wanita dan 9% laki-laki menangis di tempat kerja. Fakta lain yang penting untuk dicatat adalah pria biasanya jauh lebih memilih tidak menangis dan emosi dibanding wanita.

Anu, yang bekerja di sebuah perusahaan kebijakan publik, tampaknya setuju dengan hasil penelitian itu. Ketika bosnya menelepon dan mengamuk, ia menjadi emosional.

"Ia meminta saya ke ruangannya, saya takut dan emosional. Saya menemuinya, dan mata saya banjir air mata. Bosa saya begitu terkejut melihat saya seperti itu. Saya pikir ia berpikir tidak perlu bertindak kasar. Jadi mulai berperilaku yang lebih manusiawi," katanya.

Pemimpin sebuah perusahaan IT Arvind Malik mengatakan, saat melihat wanita mulai menangis, pria biasanya menjadi bingung. Pria tidak tahu harus bersikap apa.

"Ketika saya melihat wanita menangis, saya ingin menghentikan tangisannya. Saya akan melakukan apapun untuk mewujudkannya, dan cara termudah adalah dengan bersikap lembut," ungkapnya.

Arun mengaku kurang simpati dengan karyawati yang suka menangis. Menurutnya, menangis menunjukkan kelemahan wanita yang seharusnya tak dilakukan di lingkungan pekerjaan.

"Saya memaafkan jika menangis sekali. Tapi ketika seseorang menangis di setiap masalah kecil, saya pasti memintanya mengundurkan diri," jelasnya.

Soal perdebatan itu, seorang desainer muda Alisha, mempunyai saran terbaik. "Menangis itu alami, tapi tolong bersikap profesional. Menangislah ketika tidak ada yang melihatmu. Tapi ketika kamu kembali ke meja, jangan biarkan orang tahu reaksi emosional Anda," pungkasnya.(MEL/IGW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini