Sukses

Depresi Usai Melahirkan, Ibu Muda Cekik Dua Balitanya

Seorang ibu yang sayang anaknya bisa berubah total akibat depresi pascamelahirkan (postnatal) yang dialaminya. Ia membunuh dua anaknya yang masih balita dengan mencekiknya.

Liputan6.com, London: Seorang ibu yang sayang anaknya bisa berubah total akibat depresi pascamelahirkan (postnatal) yang dialaminya. Ia membunuh dua anaknya yang masih balita karena berkhayal kedua anaknya akan diambil pelayanan sosial.

Desainer perhiasan, Felicia Boots (35), mencekik anaknya Mason yang baru berusia 10 minggu dan anak perempuannya Lily yang berusia 14 bulan. Padahal keluarga bahagia yang kaya raya itu baru saja pindah ke rumahnya yang seharga 14 juta Poundsterling di Nappy Valley.

Suaminya Jeffery, seorang bankir investasi, yang saat itu pulang malam menemukan rumahnya yang gelap. Istrinya terlihat duduk di tangga sambil memeluk dirinya.

Sang ibu malang itu mencoba bunuh diri usai membunuh anaknya, namun tak berhasil dan hanya meninggalkan luka di lehernya seperti dikutip laman Dailymail, Rabu (31/10).

Wanita yang menderita depresi postnatal itu mengaku telah membunuh dua bayinya kepada suaminya. Mendengar pengakuan itu, Jeffery langsung berlari ke atas dan menemukan kedua anaknya terbaring berdampingan di lantai kamar tidur utama. Keduanya tampaknya telah dicekik.

Jeffery yang tak kuasa melihatnya langsung berteriak. "Putra saya tercinta, putri saya yang cantik. Mereka telah pergi. Tolong saya, tolong saya, tolong saya".

Suaminya menelepon layanan darurat tapi paramedis tak bisa menyelamatkan nyawa kedua anaknya. Jeffery mengatakan kepada petugas di tempat kejadian bahwa istrinya adalah seorang ibu yang baik. Ia tidak percaya bahwa istrinya akan melakukan hal seperti itu.

Istri Jeffery memang telah didiagnosa mengalami depresi postnatal setelah kelahiran anak keduanya. Dia telah diberi resep obat antidepresan.

Beberapa jam sebelum membunuh anak-anaknya, ia mengirimkan foto anaknya Liliy dari ponselnya ke suaminya. Ini menandakan bahwa ia telah merasa baik.

Namun sayang, sang ibu berhenti minum obat. Ia khawatir obat itu bisa memberikan efek samping saat ia sedang menyusui, meski dokter menjamin tak ada efeknya.

Sebuah catatan ditemukan di samping tubuh wanita tersebut, dia mempertanyakan mengapa ia tega bisa melakukan hal sekeji itu. Ia mengungkapkan perasaan takut dan menyesal dan kehidupan ia mulai berantakan beberapa minggu sebelumnya.

Akibat kasus itu, Felicia disidangkan. Sang suami memberikan pernyataan yang mendukung istrinya. Mereka memohon agar Felicia dinyatakan tidak bersalah dan permohonan itu pun diterima jaksa QC Brown Ed.

Felicia juga menyempatkan menuliskan pernyataan darinya. Dan pengacaranya Kate Bex membacakannya di persidangan.  "Pada 9 Mei 2012 adalah hari yang akan membuat aku menyesal selamanya. Seharusnya ini tidak pernah terjadi dan masalah saya lebih dalam dari siapa pun yang pernah tahu. Sebagian diriku telah hilang. Tapi aku seorang ibu yang baik dan aku tidak pernah bermaksud melakukannya".

Hakim Justice Fulford mengatakan, hukuman penjara sepenuhnya tidak pantas untuk kasus ini. Dia memerintahkan agar Felicia ditahan di unit kesehatan mental sampai dokter menyatakan bahwa terdakwa telah sehat. "Ini merupakan kasus yang menyedihkan,"ujar hakim.

Meskipun tindakan Nyonya Boots amat tragis mengingat menghilangkan dua nyawa balita, apa yang terjadi bukanlah yang dianggap kebanyakan orang sebagai tindakan kriminal.

"Saya tanpa syarat menerima bahwa apa yang dilakukan terdakwa kepada dua anak yang dicintai dia dan suaminya adalah semata-mata hasil dari kekuatan psikologis dan bio-fisiologis yang berada di luar kendalinya".

Felicia merupakan wanita kelahiran Kanada yang menikah dengan saksi Yahweh setelah ia meninggalkan sekolah tinggi, tapi pernikahan pertamanya gagal ketika ia meninggalkan gereja. Dia menikah dengan Boots pada Agustus 2007 dan pasangan itu pindah ke Inggris pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama, kakaknya Scott Sinclair bunuh diri di apartemen Toronto setelah meninggalkan agama juga.

Meskipun sebagian besar wanita memiliki 'baby blues' untuk waktu yang singkat, 1 dari 10 wanita selanjutnya menderita full-blown depresi klinis yang tidak mungkin diperbaiki tanpa pengobatan.

Depresi postnatal biasanya berkembang dalam satu sampai dua bulan pertama setelah melahirkan, tetapi dapat berkembang dalam beberapa bulan kemudian. Gejala yang umum terlihat seperti mood yang rendah dan tidak bisa mengatasi masalah tidur.

Sebenarnya perubahan mood, mudah marah, dan gampang nangis umum terjadi setelah lahir, tetapi biasanya segera memudar. Jika gejalanya menetap, itu bisa menunjukkan depresi postnatal. Wanita yang dianggap lebih berisiko mengalami depresi postnatal adalah mereka yang memiliki riwayat depresi.

Untuk pengobatan depresi postnatal, biasanya dengan nasihat untuk membantu pasien, terapi perilaku kognitif, dan obat-obatan antidepresan.(MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.