Sukses

ABSI, Cara Baru Mengukur Bobot Ideal?

Para ahli menilai cara menghitung berat badan ideal dengan BMI(Body Mass Index) masih kurang. Kini ada cara baru yang sedang dikembangkan yang diklaim para ahli lebih akurat.

Liputan6.com, London: Cara menghitung berat badan ideal dengan BMI(Body Mass Index) bertahun-tahun mendapat kritikan. Para ahli mengklaim, kini ada cara baru yang sedang dikembangkan dan bisa menghubungkan bentuk tubuh dengan risiko kematian. Cara baru itu dinamakan ABSI (A Body Shape Index).

"BMI cacat karena tidak memperhitungkan di mana lemak Anda tersimpan dan bagaimana dengan otot Anda," kata Sue Baic, ahli gizi dari Universitas Bristol seperti dilansir Dailymail, Selasa (21/8).

Cara menghitung BMI biasanya mengukur kegemukan dengan membagi berat badan (dalam Kg) dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Namun ABSI yang ditemukan lebih spesifik untuk menentukan kematian dini yang dihubungkan dengan berat badan karena memperhitungkan faktor lain.

ABSI menggunakan lingkar pinggang yang disesuaikan dengan tinggi dan berat badan. Lingkar pinggang dikenal untuk memprediksi penyakit seperti sindrom metabolik karena pinggang merupakan area umum dari timbunan lemak.

"Seorang wanita dengan lemak di perut, pinggang yang tebal dan lengan serta kaki yang kurus bisa dianggap memiliki berat badan yang ideal dan sehat. Namun orang yang memiliki lemak di sekitar bagian pertengahan lebih berisiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan kanker tertentu".

Menurut Ahli, dengan cara ABSI Anda  bisa mendapatkan indikasi yang lebih baik apakah memiliki bentuk tubuh yang berbahaya.

Untuk menghitung ABSI Anda harus mengukur pinggang (dalam cm) dan membaginya dengan akar kuadrat dari tinggi badan Anda (dalam cm) dikalikan dengan kuadrat dari akar pangkat tiga dari BMI Anda.

"Ini adalah formula yang sangat rumit," jelas Sue. "Tapi kalkulator online sedang dalam perkembangan. Saya pikir ini cara mengukur yang benar-benar cerdas untuk melihat seberapa sehat Anda dan bisa menggantikan BMI".

Para peneliti, Krakauer & Krakauer, mempelajari lebih dari 14.000 orang dewasa yang tidak hamil dari Kesehatan Nasional dan Survei Pemeriksaan Gizi (NHANES) dari 1999-2004.

Setelah menyesuaikan faktor risiko lain seperti merokok, diabetes, tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol, dan melihat tindak lanjut kematian penduduk selama rata-rata 5 tahun, penelitian menunjukkan penggunaan ABSI sebagai prediktor yang lebih baik berkaitan dengan berat badan dan kematian dini.(MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.