Sukses

Gorengan Berisiko Stroke bagi Wanita Lansia

Wanita lanjut usia yang gemar menyantap makanan gorengan berlemak atau dipanggang dalam jumlah tinggi menghadapi risiko lebih besar terkena stroke. Benarkah?

Liputan6.com, North Carolina: Wanita lanjut usia yang gemar menyantap makanan gorengan berlemak atau dipanggang dalam jumlah tinggi menghadapi risiko lebih besar terkena stroke, ketimbang mereka yang menyantap makanan rendah lemak. Demikian hasil para peneliti di Universitas Nort Carolina yang dikutip AFP, Kamis (1/3).

Hasil penelitian itu juga dipublikasikan dalam jurnal Annals of Neurology. Menurut para peneliti, penggunaan aspirin dapat mengurangi risiko tersebut. Data itu berasal dari studi terbesar yang meneliti pasca-menopause dan kebiasaan makan wanita lansia, termasuk 87.025 wanita antara usia 50 dan 79, yang pada umumnya dalam keadaan sehat.

Wanita yang mengonsumsi makanan asam lemak trans tinggi atau 6,1 gram per hari menunjukkan, 39 persen lebih besar terkena stroke arteri yang tersumbat daripada wanita yang mengonsumsi 2,2 gram per hari dari lemak tersebut. Para peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara risiko stroke dan berapa banyak lemak total yang dikonsumsi, atau tingkat kolesterol makanan.

Penggunaan aspirin terbukti, menurunkan risiko hubungan antara asupan lemak trans dan stroke, yang memengaruhi hampir 800.000 orang di Amerika Serikat per tahunnya, dan merupakan penyebab utama keempat kematian di AS. "Temuan kami mengonfirmasi bahwa wanita postmenopause dengan asupan lemak trans yang lebih tinggi memiliki peningkatan risiko stroke iskemik, tetapi penggunaan aspirin dapat mengurangi efek samping," kata penulis utama penelitian Ka He dari Sekolah Kesehatan Masyarakat UNC.

Dikatakan Ka He, ia merekomendasikan agar mengikuti diet rendah lemak trans dan menambahkan aspirin untuk membantu wanita mengurangi risiko stroke, khususnya setelah terjadinya menopause.

Kasus lemak trans dilaporkan sudah menurun di AS, karena masalah kesehatan masyarakat dan kampanye undang-undang yang melarang penggunaannya di banyak restoran makanan cepat saji dan di bahan-bahan pembuatan makanan. Namun, lemak itu ternyata belum hilang secara keseluruhan.(SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.