Sukses

Mengkonsumsi Ikan Hindari Bayi dari Asma

Sebuah penelitian mengungkapkan, bayi yang diberi makan ikan sebelum berusia sembilan bulan setengah, akan terhindar dari masalah pernapasan atau asma

Liputan6.com, Swedia: Sebuah penelitian mengungkapkan, bayi yang diberi makan ikan sebelum berusia sembilan bulan setengah, akan terhindar dari masalah pernapasan atau asma. Fakta itu disampaikan para peneliti dari Universitas Gothenburg, Rabu (23/11).

Dikutip DailyMail.com, ilmuwan tersebut telah menyelidiki 4.171 keluarga yang dipilih secara acak. Perhatian diberikan pada tiap pola makan anak yang dikaitkan dengan kesehatan mereka selama enam bulan, 12 bulan dan empat setengah tahun.

Hasilnya, satu dari lima anak telah alami sesak nafas, dan satu dari 20 anak merasakannya secara berulang. Selanjutnya, setelah didiagnosa, setengah dari mereka, terkena asma. Namun berbeda bagi mereka yang telah diberi makan ikan sebelum sembilan bulan, anak-anak itu terbebas dari penyakit sesak nafas. Ikan yang biasa dikonsumsikan seperti ikan putih atau salmon.

Penulis utama Dr Emma Goksor mengatakan sesak nafas yang berulang adalah masalah klinis yang sangat umum pada anak-anak prasekolah, dan hendaknya diberikan perawatan medis karena itu lebih baik dan meningkatkan pemahaman mekanisme yang dasar. "Tujuan dari studi kami adalah untuk mengidentifikasi kedua faktor risiko penting dan faktor pelindung untuk penyakit ini." ujarnya.

Hasil ini memuji efek positif dari ikan bagi anak. Dan temuan ini pun jadi bagian terbaru penelitian yang akan diterbitkan pada Jurnal Acta Paediatrica di edisi Desember mendatang.

Kendati demikiaan, National Health Service merekomendasikan orang dewasa untuk mencukupi setidaknya dua porsi ikan dalam seminggu,  karena hal ini merupakan sumber protein yang baik, vitamin dan kaya omega-3, dan asam lemak yang dapat bermanfaat bagi jantung.

Pada 2009 lalu, tim lain peneliti Swedia menemukan bayi yang ibunya mengonsumsi minyak ikan selama kehamilan adalah 16 persen lebih kecil kemungkinannya  eksim bisa berkembang, dan 13 persen kurang mungkin mengembangkan alergi makanan.

Diharapkan temuan ini akan mendorong para orang tua untuk meninjau kembali kebiasaan makan anak-anak mereka di kesehariannya. (dailymail.com/ARI)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini