Sukses

Menamakan Putranya Donald Trump, Petaka Terus Mampir di Hidup Sayed

Liputan6.com, Jakarta Hidup keluarga seorang guru menjadi sulit setelah memberikan nama anak mereka Donald Trump.

Padahal Sayed Asadullah Poya, guru berumur 28 tahun dari Kabul, Afganistan, berharap, nama 'Donald Trump' bisa membawa keberuntungan baginya. Namun yang terlihat sejauh ini justru sebaliknya. Masa depan mereka tidak terlihat terlalu cerah. 

Bayi Sayed dan sang istri, Jamila, lahir pada Agustus 2016. Di saat Donald Trump sedang berkampanye untuk pemilihan orang nomor satu di Amerika Serikat (AS). 

Sayed memilih nama Donald Trump bukan karena karier politiknya, tapi karena kehebatannya di dunia bisnis. 

Menurut Sayed, setelah membaca buku terjemahan Trump: How to Get Rich pada 2004, Trump dinilai sebagai sosok yang tidak biasa. Dia pun bertekad menamai sang anak dengan Donald Trump.

"Saya banyak melakukan penelitian tentang dia dan itu memotivasi saya untuk memilih namanya untuk anak saya," kata Sayed seperti dilansir OddityCentral pada Rabu, 21 Maret 2018.

Sayed menyukai kepribadian Donald Trump dan berpikir dia yang terbaik di bidang ekonomi, dan dia hebat dalam politik.

"Saya pikir 'Ini adalah orang yang hebat'. Saya menyukai cara dia memutuskan bahwa dia menginginkan sesuatu dan kemudian dia pergi dan mendapatkannya."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Orangtua Marah karena Sayed Memberi Nama Donald Trump

Orangtua Sayed sendiri sangat marah karena memberikan nama tersebut. Begitu juga dengan Imam setempat.

Sebelumnya, keluarga Sayed tinggal di Afghanistan tengah, bersama keluarga besarnya. Namun, ayahnya Sayed yang merupakan kakek bayi Donald Trump marah setiap kali mendengar nama cucunya.

Setelah itu, Sayed berhenti dari pekerjaannya sebagai guru dan memutuskan untuk memindahkan keluarganya ke Kabul.

"Setiap hari situasinya memburuk," kata Sayed.

"Setiap hari di rumah, ketika saya memanggil anak saya Trump, ayah saya menjadi lebih marah dan marah, sampai akhirnya ayah saya tidak dapat mentolerirnya lagi."

 

3 dari 3 halaman

Kecaman dari Warganet

Tetapi hal-hal telah berjalan jauh lebih baik di ibukota. Sayed dan istrinya akhirnya membuat profil Facebook menjadi private setelah dibombardir dengan komentar dan ancaman negatif.

Seseorang bahkan menulis empat orang akan datang karena dosa mereka. Sayed mengaku merasa terintimidasi dan takut akan keselamatan keluarganya, tapi hal itu tidak membuat dia mempertimbangkan mengubah nama Donald Trump.

"Sebuah nama adalah sebuah nama,"

Sayed menambahkan, anak laki-laki itu dapat mengubahnya ketika dia dewasa, jika dia menginginkannya. 

Sayed saat ini masih tetap dengan keputusannya menggunakan nama Donald Trump.

"Kemungkinan, dia akan dilecehkan atau dipukuli teman-teman sekelasnya,"

Meski menyadari risiko yang bakal dihadapi putranya, Sayed tetap bersikeras. "Saya tidak akan mempertimbangkan kembali (namanya). Biarkan dengan orang lain."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.