Sukses

YKI: Menanggulangi Kanker Bukan dengan Obat Canggih

Mengatasi kasus kanker yang terus meningkat tajam di Indonesia bukan dengan obat canggih. Simak pendapat Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Aru Wicaksono Sudoyo.

Liputan6.com, Jakarta Guna menanggulangi kanker yang jumlah penderitanya terus meningkat tajam di Indonesia, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof DR dr Aru Wicaksono Sudoyo SpPD, K-HOM, FINASIM FACP berpendapat, bukan dengan obat canggih. Melainkan dengan edukasi dan deteksi dini.

Aru mengatakan beragam edukasi pencegahan untuk menurunkan risiko terkena kanker perlu dilakukan. Diantaranya dengan menjalani gaya hidup sehat dengan rajin olahraga, menjaga berat badan ideal, dan mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.

"Tiga komponen itu amat berpengaruh menurunkan risiko kena kanker," kata Aru di sela-sela konferensi War on Cancer South East Asia di Jakarta ditulis Rabu (21/3/2018).

Edukasi pencegahan kanker dari YKI yang memiliki 96 cabang lewat berbagai sektor, salah satunya melalui acara-acara PKK.

"Keuntungan YKI adalah banyak pimpinan cabang itu orang-orang pemerintahan, jadi penggelolaan ke bawah lebih mudah. Edukasi kanker bisa dengan ikut serta kegiatan Pemda dan PKK," kata Aru.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak kalah penting: deteksi dini.

Selain menjalankan gaya hidup sehat, iringi juga dengan melakukan deteksi dini kanker. Hal itu memungkinkan kanker terdeteksi dalam stadium dini sehingga pengobatan bisa lebih maksimal.

"Kanker ditemukan dalam stadium dini dapat disembuhkan. Jadi penting sekali papsmear, periksa IVA (inspeksi visual asetat), SADARI (perikSa payuDA sendiRI) itu akan menentukan kemudian. Kalaupun ada kanker atau tumor, ditemukan di stadium amat dini," pesan Aru.

Di Indonesia memang terjadi peningkatan pasien kanker. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2013, prevalensi kanker adalah 1,4 per 1000 penduduk. Padahal sebelumnya 1 per 1000 penduduk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.