Sukses

Anak SD Sudah Berani PDKT, Orangtua Harus Apa?

Fenomena anak SD yang sudah berani mendekati lawan jenisnya harus disikapi orangtua tanpa rasa takut atau marah.

Liputan6.com, Jakarta Cinta monyet merupakan hal yang biasa terjadi pada anak maupun remaja. Anak di usia sekolah dasar yang melakukan pendekatan (PDKT) pada lawan jenisnya pun, bukan hal yang aneh saat ini. 

Sebagai orangtua, bagaimana menyikapi anak yang sudah mulai menunjukkan ketertarikan terhadap lawan jenis?

Psikolog anak dari Global Sevilla School, Alva Paramitha, mengatakan, orangtua tidak boleh memarahi ketika anak usia SD sudah mulai tertarik dengan lawan jenisnya dan mulai PDKT.

"Orangtua tidak perlu langsung melarang atau memarahi anak ketika dia curhat tentang orang yang dia sukai," kata Alva Paramitha, ketika dihubungi Health Liputan6.com. Ditulis Kamis (15/3/2018).

Menurutnya, orangtua malah harus memberikan batasan tentang apa yang dia lakukan, ketika mulai tertarik pada seseorang.

"Dengarkan dan berikan batasan sampai sejauh mana dia dapat bertindak," kata Alva.

Selain itu, mereka juga harus bisa berperan sebagai seorang sahabat yang bisa memberikan saran untuk anak.

 

Simak juga video menarik berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pacaran Bukan Prioritas

Di sisi lain, orangtua juga harus memberikan pengertian bahwa pacaran bukanlah prioritas untuk anak maupun remaja.

"Yang terpenting, orangtua dan pihak pendidik atau sekolah, membekali anak dengan pendidikan karakter dan budi pekerti," kata perempuan yang juga praktisi Bach Flower Remedies ini.

Ini bisa menghindari anak dari perbuatan-perbuatan yang belum pantas dilakukan di usia-usia sekolah dasar.

"Ibaratnya melakukan preventif pasti jauh lebih baik. Sehingga hal-hal ini (ciuman, pelukan, dan berhubungan seks) dapat dihindari," kata Alva.

3 dari 3 halaman

Kontrol Bermedia Sosial

Terkait dengan mudahnya akses internet, orangtua juga harus siap dengan risiko ketika anak sudah terhubung dengan gawai dan media sosial.

"Apabila orangtua telah memberikan gadget dan membebaskan untuk bermedia sosial artinya mereka juga harus siap dengan segala risikonya. Harus ada kontrol yang baik terhadap hal itu," tutup Alva.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.