Sukses

Melawan Zaman, 8 Dokter Perempuan Ini Taklukkan Dunia Medis (1)

Jangan sepelekan perempuan. Delapan orang ini buktikan, mereka bisa berprestasi gemilang di dunia medis bahkan di tengah situasi yang menekan.

Liputan6.com, Jakarta Dokter perempuan dulu susah mendapatkan pengakuan. Apalagi jika mereka berasal dari kalangan minoritas, seperti berkulit hitam atau keturunan Indian. Namun, beberapa di antara mereka ada yang berhasil mencuat dan mencatatkan prestasi mengesankan. Bahkan jika dibandingkan dengan dokter-dokter pria.

Dilansir dari Buzzfeed, Rabu (14/3/2018), berikut ini delapan perempuan yang menginspirasi dalam bidang kesehatan di dunia

1. Elizabeth Blackwell

Beberapa dari Anda mungkin pernah mendengar nama Elizabeth Blackwell. Pada tahun 1849, dia menjadi wanita Amerika pertama yang mendapatkan gelar di bidang medis.

Dia melatih dirinya sebagai bidan dan bekerja selama beberapa tahun di Eropa, sampai dia kehilangan salah satu penglihatannya. Namun, itu tidak menghentikannya untuk mengejar karier di bidang kedokteran.

Setelah kembali ke New York, tidak ada satu pun yang mau mempekerjakannya karena dia wanita. Ini membuat Blackwell membuka kliniknya sendiri di sebuah kamar rumah sewa.

Tahun 1857, Blackwell membuka New York Infirmary. Fokusnya adalah untuk merawat orang miskin. Lembaga itu juga memiliki tempat pelatihan medis untuk wanita, yang saat itu tidak didapatkan dari tempat yang didominasi pria.

 

Simak juga video menarik berikut Ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dokter Pribumi Amerika

2. Susan La Flesche Picotte

Susan La Flesche Picotte menjadi wanita keturunan asli Amerika (Indian) yang mendapatkan gelar di bidang medis. Dia lulus dari Women's Medical College of Pennsylvania tahun 1889.

Dia kembali ke wilayah Omaha untuk merawat anggota sukunya. Dia merupakan satu-satunya dokter di sebuah sekolah asrama yang dikelola pemerintah dan melayani ribuan orang Indian.

Selain medis, Picotte memberikan bimbingan keuangan, hukum, dan spiritual kepada anggota sukunya, walaupun dia sendiri juga sedang berjuang melawan sakit parah.

Picotte meminta pelarangan alkohol dan peningkatan kesejahteraan hidup. Dia membuka rumah sakit di wilayah itu sebelum dia meninggal.

 

3 dari 4 halaman

Jabatan Tertinggi Kedokteran Amerika Serikat

3. Joycelyn Elders

Joycelyn Elders membuat sejarah ketika dia menjadi ahli endokrin anak pertama di Arkansas, Amerika Serikat. Dia berlatih selama 20 tahun dan meneliti diabetes pada anak-anak.

Elders menjadi kepala Departemen Kesehatan Arkansas. Saat itu, dia berkampanye untuk meningkatkan klinik keluarga berencana dan pendikan seksual.

Presiden saat itu, Bill Clinton, menunjuknya sebagai jenderal di kedokteran AS pada 1993. Salah satu jabatan paling tinggi di U.S. Public Health Service Commissioned Corps. Membuatnya menjadi dokter kulit hitam pertama dan wanita kedua yang menempati jabatan itu.

Elders terang-terangan dalam menyampaikan kebijakan-kebijakannya. Legalisasi obat untuk mengurangi kejahatan dan distribusi alat kontrasepsi di sekolah, mendapat reaksi negatif dari kelompok konservatif.

Elders mundur setelah 15 bulan menjabat. Namun, dia tetap memiliki pengaruh besar dalam kesehatan masyarakat dan pendidikan seksual di Amerika Serikat.

 

4 dari 4 halaman

Pendidikan Seks untuk Kaum Muda

4. Mary Steichen Calderone

Mary Calderone baru masuk sekolah kedokteran di usia 30 tahun dan sudah memiliki anak. Itu tidak menghalanginya untuk jadi dokter legendaris dan aktivis pendidikan kesehatan seksual.

Setelah mendapatkan gelar medisnya, Calderone mendapat gelar master di bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Columbia. Pada tahun 1953, dia menjadi direktur medis dari Parenthood Federation of America. Di tempat itulah, dia memperjuangkan gagasan tentang seksualitas manusia dan pendidikan seksual.

Dia juga mendirikan Sex Information and Education Council di Amerika Serikat. Dia juga bekerja untuk mendidik kaum muda tentang seks yang aman dan sehat.

Saat itu, seks masih menjadi sebuah topik tabu di Amerika Serikat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.