Sukses

Bagian Otak Lansia Ini Hilang ketika Dipindai, Apa yang Terjadi?

Pemindaian menunjukkan sebuah ruang hitam yang membuat kesan bahwa sebagian otaknya menghilang.

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria berumur 84 tahun di Irlandia Utara, mengalami sebuah fenomena langka pada otaknya. Sebagian otaknya menghilang ketika dipindai.

Ketika melakukan pemindaian di otaknya, dokter menemukan sebuah ruang hitam besar di belakang keningnya. Tempat di mana bagian depan otak seharusnya berada.

"Saya bisa melihat kelainan dan penasaran, apakah pasien tidak memberitahu kami jika dia pernah melakukan operasi otak di masa mudanya," kata dokter pria itu, Dr. Finlay Brown.

Dilansir dari Live Science, Senin (12/3/2018), hal ini membuatnya bertanya-tanya.

Pasien tersebut ternyata memiliki sebuah kantung udara dalam tengkoraknya, yang disebut pneumatocele, yang membuat jaringan otaknya lebih kecil. Kantung ini biasa muncul pada pasien dengan trauma atau infeksi pada wajah, yang pernah mengalami operasi otak.

Pria tersebut pertama kali mengatakan, dia sering terjatuh. Selain itu, dia merasa lengan dan kaki kirinya lemah. Namun, dia merasa tubuhnya baik-baik saja. Pemeriksaan fisik pun normal.

Ketika melakukan CT Scan, sebuah kantung udara sebesar 3,5 inci pun ditemukan. Selain itu, pemindaian juga memperlihatkan adanya osteoma, atau tumor tulang jinak, di bagian tengkorak yang memisahkan otak dari rongga hidung.

Pemindaian juga menunjukkan bahwa dia pernah mengalami stroke ringan akibat kantung udara tersebut.

 

Simak juga video menarik berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terkena Osteoma

Dokter menyarankan agar pria tadi melakukan operasi otak untuk melepaskan kantung udara tersebut. Operasi akan memungkinkan otaknya kembali bekerja normal. Pria tadi juga perlu operasi lanjutan untuk menghilangkan osteoma.

Sayangnya, di sisi lain operasi tadi juga belum tentu bisa menyelesaikan semua permasalahannya. Belum lagi, ada risiko dekompresi otak (penyumbatan aliran darah menuju saraf) jika operasi tadi dilakukan.

Melihat risiko yang bisa terjadi, pasien memutuskan tidak melakukan operasi. Dia diobati dengan obat statin dan anti pembekuan untuk mencegah stroke.

Dua belas minggu kemudian, pasien tersebut dikabarkan sehat dan tidak lagi merasakan kekakuan di bagian kiri tubuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.