Sukses

Atlet Difabel Malah Dipecat dari Paralimpiade Saat Pemulihan Trauma Perkosaan

Sudah jatuh tertimpa tangga. Atlet difabel ini malah mengalami pemecatan ketika sedang melakukan pemulihan pasca pemerkosaan.

Liputan6.com, Jakarta Google Doodle hari ini hadirkan Paralimpiade Musim Dingin di Korea tahun ini. Namun paralimpiade tidak hanya menceritakan tentang harapan, tapi juga cerita miris dari salah satu calon atletnya.

Cassie Cava, harusnya ikut bertanding untuk olahraga snowboarding pada pertandingan paralimpiade ini. Namun, dia menarik diri dari pertandingan tersebut.

Dia mengatakan, dia kehilangan tempatnya dalam tim ketika menerima perawatan mental di sebuah rumah sakit, setelah menerima tindak perkosaan oleh sebuah geng.

Dikutip dari New York Post, Jumat (9/3), dia merasa tertipu atas perlakuan yang didapatkan dari para pelatih dan orang-orang senior di British Parasnowsport, organisasi atlet difabel di Britania.

Dia mengatakan, hal ini membuatnya merasa tidak berharga. Dia bahkan mengatakan mereka lebih menginginkan dirinya diperkosa.

"Mereka benar-benar membuat saya merasa bahwa setelah kejadian itu, saya tidak bisa melanjutkannya dan tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka membuat saya merasa buruk untuk bicara tentang kesehatan mental saya," kata Cava.

Cava mengatakan dirinya telah berlatih selama enam bulan terakhir sebelum paraliampiade dimulai. Dikeluarkannya dia dari tim membuatnya merasa rendah dan tidak berharga.

Cava yang lahir dengan satu kaki kecil, mengatakan dia diserang dan diperkosa di sebuah wilayah di Eropa, saat pulang ke rumahnya pada 2013.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dipaksa Tinggal Bersama Pria

Pada 2014, kakinya yang cacat diamputasi. Setelah itu, Cava fokus untuk menjadi atlet snowboard perempuan pertama yang bisa mewakili Britania Raya pada Paralimpiade Pyeongchang 2018.

Ketika dia memberitahu pelatihnya tentang kejadian pemerkosaan itu, dia merasa tidak aman sebagai satu-satunya perempuan dalam tim.

Bahkan, dia mengatakan salah satu seniornya menanyakan apakah dirinya tidak mau gantung diri saja.

Tidak hanya itu, dia dipaksa untuk berlatih, makan, dan tidur di tim yang seluruhnya adalah pria.

Tahun 2017, dia dirawat di rumah sakit jiwa karena didiagnosa menderita gangguan stres pasca trauma akibat pemerkosaan dan amputasi kakinya.

Namun, saat di rumah sakit dia dukungan dari UK Sport dicabut karena masalah perilaku.

Kasus ini sendiri saat ini telah diselidiki oleh Sport Resolution UK, badan penyelidik independen Britania yang terkait dengan olahraga. British Parasnowsport memilih untuk berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan mereka sembari menunggu hasil penyelidikan kasus ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini