Sukses

Usai Transplantasi Rambut, Bola Mata Tariq Harus Diangkat

Keputusan jalani transplantasi rambut membuat bola mata pria ini harus diangkat karena efek dari operasi.

Liputan6.com, Hyderabad, India Keinginan transplantasi rambut yang sukses pun pupus. Seorang pria yang tinggal di India harus kehilangan bola mata. Bola mata kanan diangkat.

Cerita bermula, pada Juli 2016, Tariq Khusroo, yang bukan penduduk asli India pulang ke Hyderabad, India saat hari libur. Ia berpikir untuk menjalani transplantasi rambut. Ia pun membaca iklan adanya pelayanan transplantasi rambut di Dr Khan’s Hair Transplant Centre.

Tariq memutuskan menjalani prosedur transplantasi rambut sebelum kembali ke Arab Saudi untuk bekerja. Kala itu, ia tidak tahu, transplantasi rambut justru membuat dirinya kehilangan penglihatan sekaligus pekerjaannya.

Setelah operasi, Tariq mengalami komplikasi, yang mengakibatkan ia dilarikan ke rumah sakit. Komplikasi tersebut membuat satu bola mata harus diangkat.

"Saya masih trauma. Saya telah kehilangan pekerjaan dan hanya berada di rumah saja. Bahkan setelah berbulan-bulan dirawat di rumah sakit, setidaknya (menjalani) sepuluh operasi. Saya harus terus-menerus bolak-balik ke rumah sakit," ungkap Tariq, dikutip dari The News Minute, Senin (26/2/2018).

 

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Lalai dalam prosedur

Dalam sebuah surat tertanggal 10 Januari 2018, Telangana State Medical Council menemukan Ishratullah Khan, dokter yang melakukan transplantasi rambut dinyatakan bersalah karena lalai dalam prosedur.

Dari situs Dr Khan's Hair Transplant Center, kualifikasi Ishratullah terdaftar sebagai "MBBS, FRCS, ISHRS (USA)". Faktanya, ia hanya memiliki gelar MBBS dan tidak punya sertifikasi pascasarjana atau sertifikasi untuk melakukan prosedur transplantasi rambut.

Status dokter ditangguhkan selama dua tahun dan Khan dilarang melakukan transplantasi rambut sampai ia memperoleh kualifikasi dan pendaftaran yang tepat dengan dewan tersebut.

3 dari 5 halaman

Kerusakan jaringan lunak tubuh

Komplikasi pada Tariq terjadi dalam waktu 12 jam setelah operasi. Peristiwa ini terjadi pada 26 Juli 2016.

"Saya mengalami pembengkakan di kepala dan mata. Tapi dokter menyuruh saya untuk tidak khawatir dan itu akan hilang sendirinya. Tapi di malam hari, saya tidak bisa bergerak, makan, bahkan bernapas dengan benar," lanjut Tariq.

Ia pun dilarikan ke Care Hospital pada dini hari. Gyaneshwar, konsultan ahli bedah plastik mengungkapkan, Tariq terinfeksi necrotizing fasciitis, yang mengakibatkan kerusakan dan kematian jaringan lunak tubuh.

"Infeksi itu memengaruhi otot kulit di kulit kepala, mata, dan kelopak mata. Otot-ototnya sudah mati dan saat dia datang, dia mengalami kesulitan bernapas," kenang Gyaneshwar.

4 dari 5 halaman

Bola mata diangkat

Untuk menyelamatkan nyawanya, Tariq menjalani trakeostomi darurat yang membantunya bernapas. Dokter berusaha menyelamatkan matanya.

"Dalam seminggu, mereka menyadari kalau mereka harus segera mengangkat bola mata kanan saya atau infeksi itu berisiko menyebar ke mata kiri juga," lanjut Tariq.

Setelah bola mata kanan diangkat, Tariq dirawat di rumah sakit selama dua bulan. Selama perawatan itu, ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruang ICU.

5 dari 5 halaman

Kemungkinan gula darah

Gyaneshwar menjelaskan, infeksi necrotizing fasciitis bisa terjadi karena komplikasi pasca operasi, komplikasi pasien atau sterilisasi peralatan yang tidak benar. Ia menjelaskan penyebab kedua, mungkin karena Tariq adalah penderita diabetes.

Tindakan pencegahan yang tidak tepat dilakukan untuk mengendalikan gula darah sebelum operasi-lah yang menyebabkan Tariq alami komplikasi.

Meskipun begitu, pengaruh gula darah tidak dapat dipastikan menjadi penyebab utama infeksi. Jika ingin menjalani prosedur medis yang khusus, Gyaneshwar menyarankan, calon pasien mengenal lebih dekat dokter yang menangani. 

"Anda harus selalu meminta melihat sertifikasi dokter dan memverifikasi kalau dokter yang bersangkutan berasal dari institusi yang terakreditasi," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.