Sukses

Benarkah Patah Hati Bisa Diatasi dengan Obat Ini?

Seorang ahli hubungan mengatakan ada cara untuk menyembuhkan patah hati, yakni dengan mengonsumsi obat.

Liputan6.com, Jakarta Patah hati itu belum ada obatnya. Tapi, seorang ahli hubungan mengatakan ada cara untuk menyembuhkan patah hati, yakni dengan mengonsumsi obat. Adalah ibuprofen, salah satu obat penghilang rasa sakit yang umum tersedia.

Ibuprofen selama ini dikonsumsi untuk mengatasi patah tulang dan sakit kepala. Tapi, pada wanita, menurut sebuah penelitian dari para peneliti Universitas California, ibuprofen bisa mengurangi rasa kesal gara-gara hubungan yang gagal.

Penelitian itu menunjukkan wanita yang pro dengan ibuprofen mengalami sedikit kesedihan akibat penolakan sosial atau saat mengingat pengkhianatan yang dialami di masa lalu. Sayangnya, efek survei tidak berlaku untuk pria yang mengalami patah hati.

Pada penelitian ini, relawan ikut dalam permainan Virtual 'catch', yakni orang lain berhenti melempar bola ke mereka, atau mereka harus menulis tentang pengkhianatan orang terdekat, seperti dilaporkan Daily Mail Online, dilansir Kamis (8/2/2018).

Hasilnya, wanita yang melaporkan berkurangnya rasa sakit sosial di kemudian hari, adalah yang mengonsumsi ibuprofen.

Para periset mengatakan obat tersebut mampu menumpulkan kepekaan wanita. Namun, ini bekerja berlawanan pada pria seperti yang diterbitkan di dalam jurnal Policy Insights dari Behavioral and Brain Sciences.

Laporan tersebut merangkum beberapa penelitian, yang menemukan pasien yang menggunakan parasetamol cenderung tidak terganggu oleh gambar yang tidak menyenangkan atau membaca tentang penderitaan orang lain. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Efek Samping

Mereka juga membahas bagaimana obat tersebut bisa digunakan untuk membantu mengatasi masalah seperti depresi dan bahkan gangguan kecemasan sosial.

Namun, penulis utama studi Dr Kyle Ratner mengklaim bahwa temuan tersebut 'mengkhawatirkan' karena konsumen biasanya tidak mengantisipasi dampak psikologis dari obat penghilang rasa sakit.

Penelitian tersebut juga mencatat, orang yang mengkonsumsi obat mengalami lebih banyak kesalahan saat terlibat dalam permainan.

Pakar lain juga menyatakan rasa sakit emosional yang suka membuat frustasi itu sebenarnya respons sehat yang bisa membantu menuntun orang untuk pulih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.