Sukses

Napas Bayi Anda Berbunyi? Waspadai 3 Penyakit Ini

Bagi para orangtua, perlu diingat, napas berbunyi pada bayi adalah gejala dari suatu penyakit.

Liputan6.com, Jakarta Saat bayi terkena penyakit pernapasan, saluran napas lebih mudah terisi dengan lendir. Hal ini bisa menyebabkan bayi mengalami mengi, yang juga dikenal sebagai bising bernapas atau napas berbunyi.

Bunyi napas kerap terdengar seperti ngik ngik ngik atau grok grok grok.

"Mengi lebih kencang terdengar saat bayi mengembuskan napas," kata Don Hayes, ahli paru anak-anak di Kentucky Children's Hospital di Lexington.

Bagi para orangtua, perlu diingat, napas berbunyi ini adalah gejala dari suatu penyakit. Dilansir dari Fit and Pregnancy, Senin (29/1/2018), ada beberapa penyakit yang menyebabkan bunyi napas bayi kencang. 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

1. Bronkiolitis

Penyakit ini disebabkan infeksi virus respiratory syncytial virus (RSV). Saluran udara kecil yang disebut bronchioles, membengkak dan menyulitkan bayi bernapas.

Kondisi ini bisa mengancam nyawa bila tidak diobati. Gejalanya, napas berbunyi dan cepat, batuk dan demam.

Pengobatan yang bisa dilakukan bayi harus tidur dengan baik. Pada kasus yang parah, bayi mungkin dirawat di rumah sakit dan diberi bantuan oksigen.

Inhaler atau nebulizer bisa juga juga diresepkan.

2. Flu

Pada dua tahun pertama kehidupan, kebanyakan bayi akan terkena delapan sampai 10 dari infeksi virus pernapasan.

Gejala berupa pilek, mengi, batuk, dan demam rendah. Gejala akan reda dalam dua minggu. Pergilah ke dokter anak saat bayi bernapas kencang, bersin atau batuk dari bayi yang baru lahir.

Pada bayi yang berusia kurang dari 3 bulan, pilek bisa cepat berkembang menjadi pneumonia, RSV, atau kondisi serius lainnya.

3. Asma

Sulit mendiagnosis asma pada bayi. Asma adalah penyakit paru kronis saat saluran pernapasan membengkak dan menghasilkan lendir berlebih.

Bayi akan berulang kali mengi. Dalam pengobatannya, bayi direkomendasikan menggunakan nebulizer atau inhaler.

Selain itu, dokter akan mengecek riwayat keluarga, apakah di antara anggota keluarga ada yang mengalami asma. Asma memiliki kaitan genetik yang kuat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.