Sukses

Listrik Terbatas Jadi Kendala Merawat Pasien di Nakai

Listrik di Kampung Nakai, Papua menyala enam jam per hari. Saat lampu mati, masyarakat memilih pulang daripada harus rawat inap di puskesmas

Liputan6.com, Jakarta Listrik di Kampung Nakai, Distrik Pulau Tiga, Papua, hanya menyala enam jam setiap hari. Hal ini berimbas pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Nakai yang ada di kampung tersebut.

Kepala Puskesmas Nakai, Frederikus Kaimeraimu menjelaskan bila ada pasien, lampu menyala dari pukul 18.00 sampai 24.00. Sementara dari tengah malam hingga 06.00 menggunakan lilin. Pengecualian bila kondisi darurat, lampu bisa menyala sampai pagi, tapi itu juga tergantung stok bahan bakar minyak (BBM).

Selama 12 jam dibutuhkan 20 liter BBM dengan tangki mesin perlima liter. “Contohnya, orang yang sakit butuh tiga botol cairan infus, ternyata tidak sampai sore sudah minta pulang karena tidak ada listrik. Akhirnya cairan dalam tubuh kurang,” kata Frederikus di Nakai seperti mengutip rilis Sehat Negeriku, Selasa (23/1/2018).

Bukan tanpa sebab pasien di Nakai memilih pulang daripada rawat inap. Mitos yang berkembang di masyarakat, kata Frederikus, membuat mereka takut menginap di puskesmas.

Masyarakat meyakini setiap pasien yang meninggal di puskesmas, ruhnya masih ada di kasur yang ditiduri. Hal itulah yang membuat masyarakat setempat yang sakit ogah dirawat inap.

Terkait hal itu, Frederikus dan Nakes lainnya terus memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama hal yang berbenturan antara kesehatan dan mitos.

 

Saksikan juga video menarik ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

KLB campak dan gizi buruk di Asmat

Kampung Nakai merupakan salah satu wilayah yang mengalami kondisi luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Papua. Sudah ada puluhan anak meninggal karena kondisi ini.

Kasus campak yang melanda Kabupaten Asmat di Papua dimulai sejak September 2017. Laporan dari Rumah Sakit Umum Daerah di Asmat menyebut, total pasien campak yang menjalani perawatan sejak September 2017 sampai 11 Januari 2018 adalah 393 (rawat jalan) dan 175 (rawat inap).

Selain listrik, untuk bisa menangani kasus ini ada kendala lain yakni faktor tenaga medis dan paramedis. "Faktor tenaga medis dan paramedis sangat terbatas. Terlebih lagi yang bertugas di Puskesmas dan pusat. Mereka harus melayani masyarakat di 23 distrik dan 224 kampung," kata Humas Pemda Agats, Asmat, Reza mengutip rilis yang diterima Health-Liputan6.com beberapa saat lalu. (Baca: Benturan Kendala dalam Penanganan Wabah Campak di Asmat)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini