Sukses

Besarnya Pengaruh Buruk Makanan Cepat Saji pada Anak

Inilah dampak jika orangtua menggunakan pancingan makanan cepat saji agar anak mau makan

Liputan6.com, Jakarta Makanan cepat saji kerap dipilih sebagai menu alternatif untuk menambah napsu makan si Kecil.

Memang mudah, tapi memancing anak agar mau makan dengan cara memberi dia makanan cepat saji bisa berdampak buruk bagi tumbuh kembang mereka.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di International Study of Asthma and Allergies in Childhood, konsumsi makanan cepat saji dikaitkan dengan munculnya gejala asma, rinitis, dan eksim pada anak.

Penelitian tersebut dilakukan dengan melibatkan 500.000 anak, yang terdapat di 31 Negara. Anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji sebanyak 3 kali dalam seminggu diketahui memiliki risko terkena asma, rinitis, dan eksim yang lebih tinggi.

dr. Dyah Novita Anggraini/Klik Dokter

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Lain Makanan Cepat Saji pada Anak

Tidak hanya itu, anak yang sering mengonsumsi makanan cepat saji juga akan berisiko tinggi untuk mengalami:

1. Penurunan prestasi akademik

Kandungan gizi yang tidak lengkap, serta tingginya kadar gula dan lemak pada makanan cepat saji dapat mengganggu perkembangan otak maupun fungsi memori anak.

Hal ini dapat menganggu proses belajar anak, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan prestasi akademiknya.

2. Kegemukan atau obesitas

Makanan cepat saji mengandung lemak dan gula yang kadarnya sangat tinggi.

Keadaan ini menyebabkan penguraian lemak di dalam tubuh menjadi lebih sulit, sehingga lemak akan semakin menumpuk. Hasilnya apalagi kalau bukan kegemukan alias obesitas.

 

3 dari 4 halaman

Kepercayaan Diri si Kecil Rendah Gara-gara Makanan Cepat Saji

3. Menurunnya rasa percaya diri hingga depresi

Obesitas akibat mengonsumsi makanan cepat saji secara berlebih akan berpengaruh pada perkembangan fisik anak. Ini membuat anak menjadi tidak percaya diri, dan berisiko mengalami depresi sejak dini.

4. Mudah lemas

Kurangnya asupan gizi, vitamin dan mineral saat masa tumbuh kembang, membuat anak cenderung lemas dan tidak bertenaga dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

5. Timbul penyakit kronis

Obesitas, ditambah kurangnya asupan gizi di masa tumbuh kembang, membuat anak berisiko tinggi untuk mengalami diabetes melitus tipe-2, hipertensi, penyakit jantung, dan kanker.

 

4 dari 4 halaman

Pengganti Makanan Cepat Saji

Agar kejadian di atas tidak terjadi pada anak, pastikan Anda membatasi atau bahkan menghindari pemberian makanan cepat saji padanya.

Sebagai gantinya, Anda dapat memberikan makanan sehat dan bergizi seimbang. Dengan begini, anak akan memiliki tumbuh kembang yang optimal, serta terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.