Sukses

Dokter Indonesia Jadikan Anjing Alat Deteksi Kanker Paru-Paru

Seorang dokter melakukan penelitian untuk mendeteksi penyakit kanker paru-paru. Ia terinspirasi dari sesosok hewan.

Liputan6.com, Jakarta Kanker paru-paru menjadi momok yang amat menakutkan. Penyakit mematikan yang satu ini menyerang organ pernafasan manusia.

Salah satu pemicu munculnya penyakit kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok yang dilakukan oleh hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lantas, bagaimana seseorang dapat divonis menderita kanker paru-paru? apakah sudah ada cara pendeteksian sejak dini?

Kini, seorang Dokter Spesialis Paru RS Persahabatan menemukan alternatif pendeteksian kanker paru-paru. Adalah dr. Achmad Hudoyo, SpP(K) yang menemukan cara alternatif tersebut.

Pria kelahiran Solo, 67 tahun silam, memiliki kisah unik terkait penemuannya tersebut. Dia mengaku, penelitiannya tersebut terinspirasi dari anjing pelacak.

Dokter yang juga menjadi staf di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut mengatakan bahwa anjing jika dilatih pun bisa mendeteksi kanker, tak terkecuali kanker paru-paru.

"Dengan mengendus hembusan napas seseorang, dia bisa tahu orang tersebut mengidap penyakit kanker paru-paru atau tidak. Kalau duduk, ya berarti orang tersebut divonis kanker. Kalau jalan, ya berarti orang tersebut negatif kanker paru-paru," kata dr Achmad pada Rabu (10/1/2018).

 

Simak juga video berikut ini :

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gen orang Indonesia beda dengan gen orang luar

Dr Achmad juga menjelaskan bahwa dalam melakukan penelitian terkait pendeteksian kanker paru-paru, dia menemukan perbedaan genetika yang antara orang Indonesia dengan orang luar.

Gen yang banyak ditemui pada orang luar negeri yaitu Ras F1A dan Gen APC. Dia mengakui bahwa dalam penelitian ini, dia belum mengetahui mengapa kedua gen tersebut tidak dominan di Indonesia.

"Lingkungan, makanan, dan jenis rokok mempengaruhi perbedaan epigenetik," kata dia.

"Jadi, penyakit kanker paru-paru itu bisa berasal dari proses genetik, bisa juga berasal dari lingkungan sekitar," tambahnya.

Dia juga menuturkan bahwa penelitian terkait kanker paru-paru sudah dilakukan di Indonesia. Hanya saja, berbeda bentuknya, yaitu mutasi yang bernama EGFR (Epidemic Growth Factor Reseptor).

"Peran dari gen tersebut sekitar 30 hingga 40 persen, dan itu sudah ditemukan pada kanker paru-paru jenis adenokarsinoma," kata Achmad.

 

3 dari 3 halaman

Ditanggung BPJS

Dr Achmad pun menjelaskan bahwa apabila yang terjadi pada seseorang adalah kanker paru-paru jenis adenokarsinoma, maka sudah ditemukan obatnya.

"Obatnya bukan kemoterapi, bukan radiasi, tetapi tablet yang diminum," ujar Achmad. 

Ia pun menuturkan bahwa tablet tersebut berharga cukup mahal, yakni sekitar 800 ribu rupiah dan diminum selama hidupnya. Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa BPJS dapat menanggungnya, hanya dengan dua syarat.

"Satu yaitu jenis kankernya yaitu adenokarsinoma, dan dilampirkan dari ahli patologi, lalu yang kedua yaitu tes EGFR yang dilakukan positif," kata dia menekankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.