Sukses

7 Cerita Pengalaman Pertama Jadi Ibu, Penuh Tawa dan Air Mata

Tepat di Hari Ibu, mari simak enam cerita pengalaman para wanita ketika menyandang status ibu yang penuh tawa juga air mata.

Liputan6.com, Jakarta Pengalaman pertama tak pernah bisa dilupakan, terlebih pengalaman pertama menjadi ibu. Rasa deg-degan, khawatir, ragu, juga bahagia adalah sedikit perasaan yang bisa dideskripsikan saat menjadi ibu, terlebih untuk pertama kali.

Tepat di Hari Ibu yang jatuh pada hari ini, 22 Desember, mari simak enam cerita pengalaman para wanita ketika menyandang status ibu.

1. "Euforia," Debora Dian (28) ibu dari Juno (9)

"Rasanya euforia, kayaknya ajaib banget aku bisa melahirkan manusia ke dunia. Mendadak aku memiliki peran yang 'besar' sebagai ibu.

Setelah itu ada perasaan takut dan cemas, bisa enggak ya mencukupi bayi ini, bisa enggak ya merawat bayi ini dengan baik, pas Juno besar dia bakal nyesel enggak ya dilahirkan. Namun kecemasan itu sering hilang begitu lihat anak tumbuh besar."

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Belajar sabar

2. "Jadi ibu belajar banyak sabar," Fitri Syarifah (28) ibu dari Aruna (5 bulan)

"Jadi ibu ternyata belajar banyak sabar, enggak bisa ngeluh capek, capek menyusui. Dan jadi ibu ternyata tidak gampang. Sudah tidak bisa egois lagi. Sedari hamil misalnya tidak bisa tidur senyenyak dulu lagi. Setelah lahir apalagi, setiap hari cuma bisa tidur dua jam.

Walau tidur kurang , rasanya senang setiap lihat anak bisa tidur nyenyak. Apalagi saat dia tidur, terlihat lucu dan jadi makin bersyukur dititipin anak yang lucu."

3. "Anak adalah kado terindah," Mestika (30) ibu dari Azka (3)

"Awalnya enggak menyangka banget ternyata bisa hamil, melahirkan dan punya anak. Apalagi saat merasakan hamil pertama itu perjuangan. Saat itu, tiap ke kantor cuma numpang muntah, enggak bisa kerja, keliyengan. Makanya pas baru melahirkan, banyak nangisnya karena ingat dosa ke mamah.

Terus pas Azka keluar dari perut, wih.... Rasanya kado terindah banget. Karena Azka lahir dua hari setelah aku ulang tahun."

 

3 dari 4 halaman

Bangga luar biasa

4. "Bangga luar biasa jadi ibu," Miya (28) ibu dari Abi (6 bulan)

"Happy, terharu luar biasa banggak menjadi ibu. Campur aduk sampai sakit (melahirkan beneran hilang. Apalagi saat merasa jahitan di robekan di Miss V. Namun, melihat muka Abi waktu lahir itu luar biasa."

5. "Jadi ibu tidak semudah dibayangkan," Mia Umi Kartikawati (31) ibu dari Kainanua (3 bulan)

"Saat sudah jadi ibu, ternyata enggak semudah yang dibayangkan. Mulai dari memberikan ASI sampai menidurkan anak. Ternyata enggak sesederhana yang dibayangin. Terlebih aku perempuan bekerja dan tanpa ada asisten rumah tangga. Langsung deh mikir 'ya ampun banyak nih dosa sama ibu kita'. Ternyata jadi ibu berat banget.

Namun, lama-lama menikmati jadi ibu. Santai tidak perlu dibikin stres, meski kadang stres juga sih lihat harga popok bayi mahal-maha. Hehe... Buat anak semua pasti ibu lakukan, karena pada dasarnya orangtua mencari nafkah untuk anak. Dan pendidikan anak agar dapat yang terbaik."

6. "Di luar ekspektasi," Andina Librianty (29) ibu dari Adis (2)

"Jadi ibu itu di luar ekspektasi. Pas hamil gw ngerasa bisa ngurus bayi dengan baik. Saat anak sudah lahir, ternyata banyak printilan yang mesti dikerjakan. Kadang suka bingung saat memberi tahu anak agar dia tidak marah atau ngambek.

Walau begitu, happy ngurus anak. Walau ribet ini menyenangkan. Kalau sekarang usai kerja pengen cepat-cepat pulang agar bisa bertemu dan bermain sama anak."

4 dari 4 halaman

Lahirkan bayi prematur, jadi ibu harus siap

7. "Harus siap jadi ibu" Rianti (27) ibu dari Laika (3 bulan)

"Bayiku kan lahir prematur dengan berat badan rendah. Jadi lumayan challenging dalam mengasuh. Enggak ada persiapan apa-apa dan enggak punya pengetahuian cukup tentang bayi prematur. Jadi belajarnya hanya seminggu selama bayi dirawat di rumah sakit.

Hal-hal yang menantang yang kurasakan dari dia sulit menyusui langsung karena memang tubuh dan kemampuannya belum cukup untuk itu. Meski sudah dapat penjelasan dari dokter, aku tetap galau, sedih dan ngerasa bersalah. Tapi ya sudah, akhirnya aku pasrah untuk mengejar berat badannya. Aku diajarkan untuk memerah ASI dan memberikan ASI lewat sendok.

Seiring waktu, terbiasa juga walau terkadang merasa capek. Jadi tengah malah pun harus banget untuk nyusuin. Jadi, jangan coba-coba punya anak kalau belum siap. Hahaha...Namun, bahagiaku lebih banyak. Memiliki anak berarti doaku sudah dikabulkan. Enggak semua orang dapat anugerah seperti ini kan. Si bayi juga biki aku dan suami makin erat"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.