Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Efek Mengerikan pada Pria dengan Kelainan Seksual

Eksibisionisme adalah perilaku seksual yang menyimpang, yang melibatkan lebih banyak pria daripada wanita.

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mendengar kelainan seksual paraphilias? Orang dengan paraphilias biasanya jadi bergairah dengan memperlihatkan genitalnya. Kelainan ini lebih dikenal dengan eksibisionisme dan kebanyakan dialami pria ketimbang wanita.

Eksibisionisme adalah perilaku seksual yang menyimpang, yang melibatkan lebih banyak pria daripada wanita.

Sebenarnya, di Amerika Serikat separuh dari semua pria yang terlibat dalam perilaku ekshibisionis sudah menikah. Namun, pada wanita yang eksibisionisme sering kali menemukan cara yang lebih pasif dan dapat diterima. Misalnya, menanggalkan pakaian di depan jendela yang terbuka, mengenakan pakaian yang sangat mencolok, melakukan tarian eksotis atau melakukan pekerjaan yang mengharuskannya bertelanjang dada.

Dr. Gail Gross, Ph.D., Ed.D., M.Ed, yang merupakan Human Behavior, Parenting, dan Ahli Pendidikan, mengatakan, seseorang mungkin saja merasakan kegembiraan dengan eksibisonisme saat remaja. Orang ini senang apabila menakut-nakuti atau mengejutkan korbannya dengan memperlihatkan organ genitalnya.

Selain itu, lanjut Gross, pelaku eksibisionisme mungkin berfantasi korbannya sebenarnya terangsang secara seksual dengan perilakunya.

Gross menjelaskan, pria yang berperilaku ekstrem ini sering melakukan masturbasi sambil mengekspose diri mereka sendiri, yang bisa sangat mengganggu korbannya. Namun, kelainan seksual ini bisa berkurang dengan bertambahnya umur.

 

Simak video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menimbulkan konsekuensi mengerikan

"Dalam beberapa kasus, keinginan seorang pamer untuk mengekspos dirinya dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan. Namun, dalam beberapa kasus keinginan untuk mengekspos diri untuk gairah seksual dapat berkurang seiring bertambahnya usia," katanya.

Gross menjelaskan, eksibisionisme awalnya berakar pada pengalaman emosional. Tapi apa eksibisionisme itu bisa diobati?

Untuk pengobatannya butuh intervensi psikoterapi dan medis. Bahkan konsumsi obat (seperti antidepresan, antiandrogen, dan hormon wanita) juga bisa bila diperlukan. Tapi, seringnya orang menolak pengobatan.

"Selain itu, modifikasi perilaku dan terapi kognitif sangat efektif untuk mengobati eksibisionisme. Dengan belajar mengatur sendiri hasrat Anda, akhirnya Anda dapat menemukan strategi yang dapat membantu Anda."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.