Sukses

2 Alasan Difteri Bisa Renggut Nyawa Anak

Difteri merupakan penyakit menular dan mematikan bagi anak. Ada dua hal yang membuat kuman difteri menyebabkan anak meninggal.

Liputan6.com, Jakarta Difteri menyebabkan puluhan anak meninggal sepanjang 2017. Salah satunya, seorang anak asal Pasaman Barat Sumatera Barat yang meninggal dunia karena difteri pada September lalu. (Difteri Menelan Korban di Sumbar, 1 Pasien Anak Meninggal)

Difteri merupakan penyakit yang sangat menular dan bisa berakibat fatal seperti disampaikan anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof DR dr Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K).

Sri menjelaskan, ada dua hal yang membuat difteri bisa menyebabkan kematian pada anak, yakni:

1. Difteri menyebabkan tersumbatnya jalan napas

Kuman penyebab difteri selain ada di hidung juga di tenggorokan. Ini ditandai dengan adanya selaput putih di tenggorokan. Kondisi tersebut yang membuat jalan napas terganggu.

"Kalau sudah menutupi (jalan napas), kan oksigennya jadi kurang. Seseorang kalau oksigen kurang ya meninggal dong kalau tidak cepat-cepat ditolong," kata Sri saat dihubungi Health-Liputan6.com, Senin (11/12/2017).

Itu sebabnya jika seorang anak terkena difteri harus segera mendapatkan pertolongan medis. Salah satu bentuk pertolongannya adalah dengan membuat lubang di tenggorokan agar anak bisa bernapas.

"Selaput putih itu pada pasien difteri enggak bisa hilang dengan pengobatan satu atau dua hari. Kami obati dulu mungkin selama lima hari lama-lama selaputnya hilang," katanya.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Racun

2. Kuman difteri mengeluarkan racun

Kuman penyebab difteri, yakni Corynebacterium diphtheriae mengeluarkan racun yang masuk ke dalam aliran darah. Bila anak terserang difteri hingga dua minggu, racun tersebut bisa merusak aliran listrik yang membuat jantung bisa berdenyut. Kerusakan aliran listrik di jantung menyebabkan masalah pada denyut jantung.

"Mula-mula denyut jantungnya enggak karuan, lama-lama tidak berdenyut (meninggal)," jelas wanita yang juga Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini