Sukses

Kisah Dokter Daniel Urunan Beli Selang untuk Bocah Hidrosefalus

Meski masih muda, dr. Daniel Bramantyo memiliki segudang pengalaman dalam mengobati pasiennya.

Liputan6.com, Jakarta Muda dan energik, itulah dua kata yang mencerminkan Dr. Daniel Bramantyo. Meski masih muda, dokter berusia 25 tahun ini punya segudang pengalaman menarik selama menggeluti profesinya menjadi dokter.

Pilihan hidup menjadi dokter bermula saat Daniel merasa terpanggil untuk menggeluti profesi mulia tersebut. Ditambah dengan keberadaan sang kakek yang juga berprofesi sama membuat dirinya semakin membuka mata untuk terjun melayani masyarakat.

"Awalnya saya enggak kepikiran jadi dokter, sampai akhirnya saya merasa terpanggil dan saya diskusi dengan orangtua serta kakek saya. Mereka menyambut baik hal tersebut. Tapi yang saya ingat, mereka berpesan bahwa menjadi dokter itu bukan karena ingin punya banyak uang, tapi kita harus niat dari dalam hati. Di situlah saya merasa terpanggil," kata Daniel saat ditemui tim Health Liputan6.com pada Minggu (10/12/2017) di kawasan Jakarta Timur.

Setelah melalui pendidikan kedokteran di Universitas YARSI, perjalanan sebagai dokter barulah dia rasakan. Daniel pun menjadi ko assisten dokter (KOAS) di RSUD Kabupaten Bekasi.

Saat itu, banyak sekali kisah berkesan yang dia dapatkan, salah satunya saat mendapati pasien dengan kondisi hidrosefalus (penumpukan cairan pada otak yang membuat kepala membesar). Yang menyedihkan, pasien tersebut meupakan pasien yang berasal dari keluarga kurang mampu sehingga dia mengalami kendala biaya.

"Waktu 2014, ada pasien terkena hidrosefalus, yaitu anak perempuan usianya masih sekitar lima tahun. Saat itu dia harus dioperasi, untungnya ada BPJS karena dia dari keluarga kurang mampu. Sayangnya meski ada BPJS, saat itu pasien membutuhkan selang ventriculo peritoneal stunt yang harus dipasang ke otaknya untuk mengeluarkan cairan, tapi saat itu BPJS belum bisa cover," tutur dokter berkacamata ini.

Melihat kondisi pasien yang harus mendapatkan penanganan segera, akhirnya Daniel bersama dokter-dokter lainnya berinisiatif melakukan urunan untuk membantu pasien tersebut.

"Akhirnya kita patungan untuk (beli) selang itu, harganya kurang lebih di atas empat juta-an. Alhamdulillah, setelah melewati operasi dari jam sembilan pagi hingga sore itu berhasil," kata dia.

Sayangnya, meski operasi berhasil, bocah tersebut hanya bertahan selama satu tahun. Bagi Daniel, bocah tersebut merupakan anak yang kuat dan dia mendapatkan banyak pelajaran darinya.

"Kita follow up setelah operasi, namun takdir berkata lain. Meski begitu, menurut saya anak ini kuat keluar masuk ICU dan sudah berjuang melawan penyakitnya. Ini salah satu pelajaran buat saya," tuturnya.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Temui remaja terkena IMS

Setelah menjadi ko-as, Daniel melanjutkan praktiknya di sebuah klinik di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Di sana, lebih banyak penyakit yang dia temui dan lebih memprihatinkan, seperti misalnya kasus penyakit menular seksual.

"Pernah ada pasien usia 15 tahun datang berobat karena mengalami infeksi menular seksual (IMS)," kata dia.

Daniel menuturkan, saat itu seorang remaja berobat diantar kedua orangtuanya. Pasien tersebut mengeluhkan sakit saat buang air kecil. Setelah ditanyakan, ternyata anak tersebut terkena gonore atau kencing nanah.

"Saya tanya, `Adik kenapa?`, dia bilang kencingnya sakit. Akhirnya saya minta orangtuanya keluar dulu. Saya tanya, sakitnya sejak kapan. Dia bilang baru dua hari, kencingnya bernanah," kata dokter yang ingin menjadi ahli kanker ini.

Lantas dia menanyakan penyebab hal tersebut bisa terjadi. Semula pasien enggan bercerita. Setelah dicari tahu lebih mendalam, akhirnya pasien mengaku telah melakukan hubungan seksual sejak setahun terakhir, menggunakan jasa PSK. Hal inilah yang membuat dia terkena penyakit kencing nanah.

"Sempat tidak mengaku, tapi akhirnya dia jawab, `Iya dok. Saya pernah berhubungan badan`. Saya tanya sama siapa, dia jawab, `Dulu sih sama pacar saya, tapi sekarang ini udah ganti dok, yang bayar gitu,`" tutur dr. Daniel sambil memperagakan aksen pasiennya tersebut.

Daniel mengaku kaget dan sangat prihatin, di ibu kota yang sudah lebih maju ini masih ada remaja yang tidak mendapat pendidikan seks yang tepat sehingga menjadi korban perilaku seks bebas. Menurut Daniel, pasiennya tersebut sudah melakukan hubungan seks sejak kelas 1 SMP. Hal itu diakibatkan faktor pendidikan yang tidak memadai. 

Berdasarkan keterangan pasien, diketahui dia tinggal di lingkungan padat penduduk. Rumah yang ditinggali kurang memadai, terlalu kecil dan tak bersekat sehingga pasien kerap melihat orangtuanya berhubungan badan. 

"Itulah yang buat dia penasaran dan akhirnya melakukan hubungan seks. Akhirnya dia terkena penyakit seperti itu," tandasnya.

 

3 dari 3 halaman

Pesan dokter

Daniel mengaku prihatin dengan kondisi masyarakat di ibu kota yang masih jauh dari kata layak.

"Itu menurut saya prihatin banget. Di Jakarta, walaupun ibu kota masih kurang banget edukasinya. Saya prihatin kalau anak kecil kurang mendapatkan edukasi yang tepat sehingga kesehatannya terbengkalai," kata dia.

Selain kedua kasus tersebut, Daniel juga mengaku pernah menemukan kasus penyakit pedikulosis kapitis, infeksi pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh kutu rambut. Hal ini terjadi akibat kurang menjaga kebersihan.

"Pernah ada pasien saya, anak perempuan kepalanya bernanah akibat kutu rambut. Dia gatal dan dia garuk hingga lama-lama bernanah. Itu akibat dia jarang mandi apalagi keramas," kata dia.

Untuk itu, dia menekankan pentingnya edukasi mengenai kesehatan terutama dari lingkup keluarga.

"Sebenarnya kita bisa jaga kesehatan pertama kali dari lingkup keluarga. Mulai dari pola hidup bersih dan sehat, seperti dengan cuci tangan setiap hari sebelum dan setelah mengerjakan apapun cuci tangan dulu," katanya.

Selain itu, kata dia, mandi juga harus teratur minimal dua kali sehari. Selebihnya yang penting adalah pola makan dengan gizi seimbang, olahraga dan tidur cukup idealnya 8 jam.

 

 

Biodata

Nama                          : Daniel Bramantyo

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 Oktober 1992

Pendidikan                 : Fakultas Kedokteran Yarsi 2010-2016

Praktek                       : Klinik Global Medika, Indosehat, Tanjung Medika 2016-2017

                                     Puskesmas Kecamatan Senen Mei 2017-Sept 2017

                                     Puskesmas Kelurahan Kramat September 2017-Sekarang

 

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini