Sukses

Memukul Bokong Bikin Anak Nantinya Jadi Pacar yang Kasar

Walaupun mungkin banyak orangtua yang masih memukul bokong anak sebagai hukuman, ternyata hal ini pengaruhi hubungan asmara mereka nantinya.

Liputan6.com, Jakarta Bagi beberapa orangtua, memukul bokong anak bukanlah masalah serius. Namun, sebuah studi baru menemukan, hal ini ternyata bisa punya efek jangka panjang yang berbahaya.

Studi dari University of Texas Medical Branch di Galveston menyatakan, anak usia dini yang dipukul bokongnya, bisa menjadi orang dewasa yang melakukan kekerasan dalam hubungan percintaan.

Studi yang baru saja terbit dalam The Journal of Pediatrics ini dipimpin oleh Dr. Jeff Temple, profesor di satu universitas di Texas. "Kami ingin menentukan apakah ada hubungan antara pengalaman anak usia dini dengan hukuman fisik, seperti memukul bokong, dengan tindakan kekerasan dalam hubungan asmara," jelas Temple, mengutip She Knows, Rabu (6/12/2017).

"Walaupun orangtua berpikir hukuman fisik adalah pelajaran yang baik, riset mendasar menemukan, hal ini lebih banyak buruknya daripada baiknya," lanjut Temple.

Temple menjelaskan, anak yang dipukul tadi bisa mulai melakukan kekerasan terhadap pasangan kencannya, atau pacarnya, sejak dia berusia remaja. Dia juga menekankan, walaupun memukul bokong anak tidak bisa dikatakan sebagai penyebab perilaku kasar nantinya, anak-anak ini jadi belajar bahwa hukuman fisik adalah cara untuk menyelesaikan konflik. Mereka bisa membawa hal ini ke dalam hubungannya saat menemukan konflik.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Partisipan dalam studi ini, yaitu 700 dewasa muda dari usia remaja akhir sampai 20-an awal, diwawancara tentang hukuman yang mereka terima semasa kecil. Mereka juga lalu diminta untuk mendiskusikan, apakah memiliki pengalaman dalam kekerasan dalam hubungan asmara (saat pacaran).

Sembilan belas persen dari partisipan melaporkan, mereka bertindak kasar saat pacaran (dan ini hanya dari status yang dilaporkan saja). Sekitar 69 persen responden pernah dipukul bokongnya atau menerima hukuman fisik lain saat masih kecil.

Memang, studi ini terbatas karena hanya mempelajari sekelompok orang yang jumlahnya kurang dari 1.000, dan semmua partisipan berasal dari Texas. Namun ketika para peneliti menganalisa hasil studi mereka, mereka secara konsisten menemukan hubungan yang kuat antara hukuman fisik dengan kekerasan saat pacaran.

"Akal sehat dan penelitian ilmiah sudah menjelaskan, anak-anak belajar dari orangtua mereka," lanjut Temple. Hukuman fisik mengajarkan anak bahwa kekerasan adalah cara yagn diterima untuk bisa mengubah perilaku.

Menurut Temple, tak hanya cara ini tidak efektif untuk mengubah perilaku anak atau menyelesaikan konflik, riset-riset lain juga menemukan, hukuman fisik memiliki efek negatif pada kesehatan dan perilaku anak pada periode pendek atau jangka panjang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.