Sukses

Roti dari Tepung Jangkrik Kaya Protein dan Sehat, Berani Cicip?

Liputan6.com, Helsinki Perusahaan roti dan layanan makanan Finlandia, Fazer, menjual roti berbahan serangga yang diklaim pertama di dunia di toko-toko.

Roti, yang terbuat dari tepung terigu dari jangkrik kering serta tepung gandum dan biji-bijian, mengandung lebih banyak protein daripada roti gandum biasa. Setiap roti berisi sekitar 70 jangkrik dan harganya 3,99 euro (Rp 64.000), lebih mahal dibandingkan roti gandum biasa seharga 2 atau 3 euro.

"Roti ini menawarkan konsumen sumber protein yang baik dan juga memberi mereka cara mudah untuk membiasakan diri dengan makanan berbahan dasar serangga," kata Juhani Sibakov, kepala inovasi di Fazer Bakeries, seperti dilansir Reuters.

Kebutuhan untuk menemukan lebih banyak sumber makanan dan keinginan untuk memperlakukan hewan lebih manusiawi telah meningkatkan minat dalam memanfaatkan serangga sebagai sumber protein di beberapa negara Barat.

Pada November, Finlandia bergabung dengan lima negara Eropa lainnya -- Inggris, Belanda, Belgia, Austria dan Denmark -- yang mengizinkan pengembangbiakan serangga dan dipasarkan untuk keperluan makanan.

Sibakov mengatakan bahwa Fazer telah mengembangkan roti itu sejak musim panas lalu. Mereka harus menunggu undang-undang untuk disahkan di Finlandia demi menjualnya ke masyarakat.

"Rasanya tidak berbeda.... Rasanya seperti roti," kata Sara Koivisto, seorang mahasiswa dari Helsinki setelah mencoba produk baru tersebut. 

 

Saksikan juga video berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pasokan jangkrik terbatas

Karena pasokan jangkrik yang terbatas, roti serangga awalnya hanya akan dijual di 11 toko roti Fazer yang terletak di hypermarket wilayah Helsinki, tapi perusahaan tersebut berencana untuk menjual di semua 47 tokonya tahun depan.

Perusahaan itu membeli tepung jangkrik dari Belanda, tapi pihaknya juga sedang mencari pemasok lokal.

Fazer, bisnis keluarga dengan penjualan sekitar 1,6 miliar euro tahun lalu, tidak menentukan target penjualan untuk produk tersebut.

Pemakan serangga, atau entomophagy, adalah hal lazim di sebagian besar tempat di dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan tahun lalu setidaknya 2 miliar orang memakan serangga dan lebih dari 1.900 spesies telah digunakan untuk makanan.

Di negara-negara Barat, serangga yang dapat dimakan punya daya tarik di pasar khusus, terutama di antara mereka yang mencari makanan bebas gluten atau ingin melindungi lingkungan karena pengembangbiakan serangga menggunakan lebih sedikit lahan, air, dan pakan daripada peternakan.

(Nanien Yuniar/AntaraNews)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.