Sukses

Hidup Penuh Derita Para Pecandu Seks

Inilah dampaknya jika para remaja sudah menjadi pecandu seks di usia sekarang

Liputan6.com, Jakarta Kecanduan seks di usia remaja punya dampak besar di kemudian hari. Mungkin tidak sekarang dirasakannya. Namun, semakin cepat berhenti dari kebiasaan menyaksikan konten porno, semakin baik pula untuk kesehatan jiwa dan mental remaja itu.

Deborah Schiller, Direktur Gratitude program, sebuah program guna menangani kecanduan seksual, anoreksia seksual, dan hubungan kompulsif, mengatakan bahwa konsekuensi dari kecanduan seks yang pertama kali dirasakan adalah penderitaan.

"Mereka menjalani hidup melawan moral dan nilai mereka sendiri, dan mereka tidak dapat berhenti. Mereka menyakiti orang yang mereka cintai," kata Deborah dikutip dari USA Today pada Sabtu, 11 November 2017.

Konsekuensi lainnya, khusus untuk pecandu seks usia dewasa, termasuk penembakan, perceraian, keterasingan dari anak-anak dan cucu, kecaman religius, dan kehilangan lisensi profesional.

Deborah mengatakan, kebanyakan pecandu seks adalah laki-laki, meskipun Program Gratitude telah merawat wanita yang tinggal di fasilitas terpisah. Program tersebut mendapat telepon dari seluruh negeri dan bahkan internasional. Tidak pernah ada daftar tunggu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kecanduan Seks itu Berbahaya

Program ini tidak menerima orang-orang yang telah melakukan kejahatan terhadap anak-anak atau yang melakukan kekerasan seksual, tapi kecanduan seks membuat orang terkena masalah hukum.

"Orang melakukan hal buruk karena kecanduan seks mereka," kata Deborah.

Menurut Deborah, mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum, seperti pelacur, melihat pornografi anak-anak. Mereka mungkin menunjukkan diri mereka sendiri

"Jika (seseorang) ditangkap karena salah satu dari hal-hal ini, itu tidak berarti orang tersebut adalah pecandu seks, tapi itu bisa berarti kecanduan seks mereka telah sejauh itu,"

Pastinya, tidak semua pecandu seks adalah pelaku kriminal, dan kebanyakan pelanggar seks bukanlah pecandu. Tidak seperti pecandu, pelaku seks mungkin kurang memiliki motivasi untuk berubah atau memiliki hati nurani.

"(Pecandu seks) jarang berhubungan seks tanpa izin atau dengan paksaan," kata Debra Borys, psikolog Los Angeles dan ahli pelecehan seksual.

Mereka menggunakan seks sebagai mekanisme menenangkan diri dengan cara orang lain menggunakan narkoba atau makan berlebihan.

"Predator seksual terangsang dari dominasi dan kekuatan dan melihat ketakutan atau penghinaan. Mereka tidak dianggap sebagai pecandu seks," kata Debra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.