Sukses

Tantangan Para Ibu Pekerja Penuhi ASI Buah Hati

Beginilah perjuangan para ibu-ibu pekerja saat memberikan ASI untuk anak tercinta

Liputan6.com, Jakarta Fase penuh tantangan dan perjuangan dihadapi para ibu saat pemberian air susu ibu (ASI). Terutama untuk ibu yang juga pekerja kantoran, rasa senang dan cemas menumpuk jadi satu.

Rasa khawatir itu mulai menggelayut di detik-detik masa cuti selama tiga bulan akan berakhir. Namun, atas nama profesionalitas kerja, para ibu harus putar otak supaya proses mengeluarkan ASI lancar di sela-sela pekerjaan yang menumpuk.

Hal ini disadari oleh Adinda T Wardhani. Perjuangan dalam memberikan ASI semakin dirasakan perempuan 32 tahun ini pada anak kedua. Dia sudah harus meninggalkan rumah berbarengan dengan anak yang pertama berangkat sekolah, dan pulang satu jam sebelum azan magrib berkumandang.

"Perjuangan (dalam memberikan ASI) itu lebih kepada disiplin. Harus bangun tengah malam dan pagi memompa ASI," ujar Dinda pada Jumat, 3 November 2017.

Memberi asupan ASI bagi si kecil adalah kewajiban para ibu. Namun, pada praktik sehari-hari, itu bukan perkara mudah.

"Saya termasuk yang tidak gampang (mengeluarkan ASI). Baik di anak pertama maupun kedua. Karena bukan tipe yang cepat mengucur air susunya," kata Dinda.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak gampang mengeluarkan ASI

Ibu dari Arsa Agastya (6) dan Akhza Arkaabiyya (5 bulan) ini harus rajin-rajin memijat payudara, dan memompa menggunakan mesin supaya ASI bisa keluar.

Bahkan, akibat mititis dan kerusakan kulit nipel bagian atas yang mencapai grade empat membuat dia dihadapkan pada dua pilihan. "Either setop sama sekali tapi rasa sakit luar biasa, atau lanjut mengeluarkan ASI, tetap sakit sih, cuma harus pakai stimulasi macam-macam," ujar istri dari Andrian S ini.

Payudara yang merengkel membuat ASI sulit keluar dengan lancar, karena pori-pori rusak dan luka parah. Semisal tetap menyusui, luka tersebut tidak akan sembuh. Akan tetapi, kalau langsung pakai pompa, itu juga tidak gampang karena payudara bagian areola masih bengkak.

"Karena enggak keluar, merengkel, mampet, dua bulan pertama perjuangannya adalah benarin luka itu tapi tetap harus memompa karena anak tetap harus makan," kata Dinda menambahkan.

Tantangan tidak berhenti sampai di situ. Konsekuensi lain yang Dinda hadapi adalah mengatur waktu memompa ASI pada pagi hari di antara jadwal harus beres-beres keperluan anak pertama yang akan sekolah, membersihkan botol-botol ASI yang menumpuk, dan menyiapkan ASI yang harus dikeluarkan untuk dititipkan kepada bibi yang menjaga dan mengurus anak nomor dua.

"Enam tahun lalu, di kantor yang lama, jauh lebih santai dari sekarang. Dulu jam 16.00 sudah keluar. Sekarang, sampai rumah sudah jam 19.00 malam. Jadi, saya harus memenuhi jadwal memompa tujuh sampai delapan kali sehari. Kalau sudah enggak kuat, tujuh kali cukup," kata Dinda menambahkan.

Selama di kantor, lanjut Dinda, dia memompa ASI setiap dua sampai tiga jam sekali.

3 dari 4 halaman

Nilam Suri

Nilam Suri, 32 tahun, pernah merasakan gagal untuk inisiasi menyusui dini (IMD) pada kelahiran anak yang pertama, Eijaz Shaquille, yang sekarang berumur delapan tahun. Ini menyebabkan kedua payudara Nilam bengkak. 

"Akhirnya dipijat sama suster di rumah sakit tersebut. Benar-benar diremek, benar-benar kayak dihancurin kelenjar-kelenjar yang membeku itu, karena kalau tidak, bisa sakit, bisa demam," kata Nilam Suri kepada Health Liputan6.com .

Begitu kondisi membaik dan bayi Eijaz bisa menerima ASI, tidak lantas membuat hari-hari Nilam dalam memberikan kewajibannya berjalan lancar. 

"Pernah pas memompa pakai listrik, putingku berdarah. Yang keluar satu botol itu bukan lagi ASI, melainkan darah semua. Saya buanglah. Akhirnya, enggak mompa-mompa dulu selama beberapa hari sampai sembuh," kata Nilam.  

Tapi berarti kondisi itu tak membuat ibu dari Aurora Lembayung (3 tahun) ini trauma. Menurut Nilam, luka di puting adalah hal yang biasa terjadi pada ibu-ibu menyusui. "Bisa diolesin pakai ASI, nanti juga sembuh," kata Nilam. 

 

4 dari 4 halaman

Nurmayanti

"Kalau saya IMD berjalan lancar, karena sebelum lahiran sudah rajin membersihkan puting," kata Nurmayanti.

Ibu dari Janeeta M Aznurindra (7) dan Canda K Anurindra (2) ini pernah diberi tahu, kalau ASI mau keluar dengan lancar harus rajin-rajin membersihkan puting sebelum si kecil lahir. Termasuk rajin memijat payudara. Benar saja, semua yang dia lakukan membuahkan hasil seperti yang dipercaya selama ini. 

"Karena saya caesar, ketika menyusui sedikit senut-senut gitu, tapi semuanya lancar," kata Nurmayanti. Perempuan 37 tahun ini memberikan anaknya ASI penuh hanya enam bulan. 

Dia kemudian bercerita, pernah suatu hari, stok ASI yang ada di kulkas menipis. Dia pun harus memompa ASI di kantor, dan langsung mengirim botol-botol berisi ASI itu menggunakan ojek. "Bahkan, pernah juga suami yang mengambil ASI di kantor saya," kata Nurma menambahkan.

Menurut Nurmayanti, berkat ASI, anaknya itu jarang sekali sakit. Karena itu, Nurma berupaya memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, sekalipun harus memeras ASI di kamar mandi, karena kantor yang lama tidak punya ruangan khusus untuk memompa ASI.

"Kalau kulkas (buat menaruh botol ASI) ada, tapi buat meras enggak ada," kata Nurmayanti.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.