Sukses

2 Kebiasaan Buruk yang Baik untuk Karier

Ada beberapa kebiasaan buruk yang ternyata baik untuk karir Anda.

Liputan6.com, Jakarta Kebiasaan buruk umumnya akan berdampak buruk juga bagi kehidupan. Namun, ada beberapa kebiasaan buruk yang ternyata baik untuk karier Anda.

Kebiasaan menunda pekerjaan dan berkeluh kesah di kantor rupanya tanda bahwa Anda memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari yang Anda duga. Percaya?

Berikut penjelasannya seperti mengutip laman New York Post, Rabu (1/11/2017).

1. Menunda pekerjaan

Menunggu hingga detik terakhir untuk menyelesaikan sebuah proyek sama saja memancing stres. Menurut American Psychological Association, sekitar 20 persen individu mengklaim kerap melakukan kebiasaan buruk ini secara kronis.

Tapi sebenarnya kebiasaan buruk itu bisa berdampak postif karena meningkatkan kreativitas. Hal itu diungkap oleh para peneliti di Wharton Business School. Mereka menemukan, ketika para penunda pekerjaan itu mulai mengerjakan tugas mereka lalu melakukan pekerjaan lainnya maka pekerjaan pertama itu tetap tersimpan dalam benak mereka. Dengan begitu, mereka bisa menciptakan ide serta solusi baru.

Para penunda itu pun kabarnya lebih mampu mengontrol waktu dan kesibukan mereka tanpa khawatir lewat dari tenggat waktu. Meski begitu, ada dua jenis penunda pekerjaan: aktif dan pasif.

Penunda pekerjaan aktif artinya Anda tahu tengah menunda pekerjaan yang membosankan atau sesuatu yang memang wajib dikerjakan, seperti misalnya mencuci pakaian. Tapi alih-alih mengerjakannya, Anda malah memanfaatkan waktu untuk mengerjakan hal lain yang lebih penting.

Sementara itu, penunda pasif benar-benar tak akan melakukan hal apa pun. Hal ini tentunya cenderung lebih menimbulkan masalah. Contohnya, alih-alih mengerjakan tugas, seorang karyawan malah melihat-lihat media sosial atau berselancar di berbagai situs tanpa henti.

Bila Anda akan membuat keputusan bisnis yang penting, sebaiknya perhitungkan berapa lama Anda akan mencapainya lalu tunggu hingga mendekati tenggat waktu untuk mengerjakannya. Begitu saran sebuah studi yang dilakukan Prof Frank Partnoy dari University of San Diego yang juga penulis Wait: The Art and Science of Delay.

 

 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengeluh

Mengeluh di tempat kerja bila dilakukan di depan sosok yang bisa membantu Anda mengatasi masalah akan sangat efektif. Artinya, bukan mengeluh pada rekan kerja yang ujung-ujungnya hanya akan menurunkan semangat.

Journal of Social Psychology menemukan, individu yang selektif menumpahkan keluhan mereka pada orang yang tepat, secara umum akan merasa lebih bahagia.

"Mengeluh dengan cara yang strategis adalah aktivitas yang disengaja dan bisa berujung pada kebahagiaan yang lebih besar," ujar rekan penulis studi, Robin Kowalski, profesor psikologi di Clemson University.

Bila Anda hendak menerapkan hal ini, cobalah ajukan isu tanpa menuduh pihak mana pun. Cukup ajukan kenapa hal itu menjadi masalah. Lalu katakan pada orang yang Anda tumpahkan keluhan, bisa jadi atasan atau manajer HRD, bahwa apa pun yang mereka lakukan untuk meminimalisir masalah itu akan sangat membantu. Jangan lupa untuk menanyakan juga apa yang kira-kira bisa Anda lakukan guna membantu menyelesaikan masalah tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.